Berkaitan dengan isu viral yang sedang ngalor-ngidul di timeline belakangan; If you currently don't have any children, what will your top 5 rules be when teaching them? Do you think you'd make a good parent? If you are a parent, what are your top 5 rules? Thank you and wilujeung petang, sadayana. :)
Haaai, Guido! ♡
For me, it's all about EQ. Ilmu pengetahuan bisa ditemukan di mana saja, but I realized that pembelajaran serta penanaman karakter yang baik itu adalah hal yang cukup tricky dan membutuhkan kepekaan yang besar, yang sayangnya juga memegang pengaruh besar dalam kehidupan sosial dan karir.
Sadar atau tidak, ketika ditanya tentang sifat-sifat yang tidak disukai, orang-orang cenderung menyebutkan nama sifat negatif yang berasal dari orang-orang terdekatnya. Be it best friends, pacar, mantan, atau orang tua. Because, you know, kita lebih familiar dengan sifat-sifat tersebut karena kita sangat sering berada di sekitar orang-orang terdekat kita. And the things we frequently see will just go in deeper to the back of your mind, just like how you frequently sing along to your favorite song.
Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Gue pun walau belum punya anak, tapi gue juga mau segala sesuatu yang terbaik untuk anak gue kelak. Sifat-sifat apa yang sudah pernah gue saksikan dan tidak gue sukai, itu yang akan gue coba hindarkan dengan mengajarkan hal-hal yang lebih baik ke anak gue kelak. Tapi, terkadang ada orang yang terlalu berhati-hati and they push to the extreme to prevent a person from changing into something they do not desire. Dan terkadang, bagi anak-anak, buah sifat dari keekstriman orangtuanya itulah yang justru menjadi bumerang, dan menjadi dinilai negatif oleh anak-anak. Dan itulah yang kemudian anak-anak itu akan hindari untuk mereka ajarkan ke anak-anak mereka kelak. And so on.
And I want to put that vicious circle to a stop.
Menurut gue dengan orang tua itu:
1. Menjalin kedekatan dengan anaknya;
2. Tidak menyimpan pikiran atau perasaan yang mengganjal sampai akhirnya output-nya menjadi tidak baik (meledak, marah-marah);
3. Mau belajar untuk mengutarakan perasaan dan pikiran, serta menyelesaikannya dengan baik;
4. Berusaha mengontrol diri dengan tidak terlalu sering membiarkan anak terekspos sifat negatif dari diri pribadi yang masih perlu diperbaiki (since it's gonna be difficult to explain why they shouldn't do the things you do; because it's bad? Then why do you do it?) dan;
5. Up-to-date terhadap informasi lingkungan sekitar mau pun perkembangan dunia;
itu akan membuat orang tua bisa memahami dan dipahami anaknya tanpa perlu ikut menjadi anak-anak.
Gue setuju dengan perkataan orang-orang yang bilang kalau segala sesuatu itu berasal dari dalam rumah. Karena seorang anak ketika dia hadir di dunia ini, yang dia lihat setiap hari adalah orang tuanya. Yang berkomunikasi dengannya pertama kali adalah orang tuanya. Yang ia tiru adalah orang tuanya. Yang ia pelajari adalah orang tuanya.
Intinya, gue mau semua itu berasal dari diri gue dahulu. Jika gue benar dan bisa membuat anak gue memahami apa yang benar, anak gue pun akan benar. Sisanya akan mengalir. Kemampuan untuk problem-solving, bersosialisasi, keinginan untuk belajar; semuanya tinggal mengikuti jika basic-nya sudah benar.
Love your question! ♡
For me, it's all about EQ. Ilmu pengetahuan bisa ditemukan di mana saja, but I realized that pembelajaran serta penanaman karakter yang baik itu adalah hal yang cukup tricky dan membutuhkan kepekaan yang besar, yang sayangnya juga memegang pengaruh besar dalam kehidupan sosial dan karir.
Sadar atau tidak, ketika ditanya tentang sifat-sifat yang tidak disukai, orang-orang cenderung menyebutkan nama sifat negatif yang berasal dari orang-orang terdekatnya. Be it best friends, pacar, mantan, atau orang tua. Because, you know, kita lebih familiar dengan sifat-sifat tersebut karena kita sangat sering berada di sekitar orang-orang terdekat kita. And the things we frequently see will just go in deeper to the back of your mind, just like how you frequently sing along to your favorite song.
Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Gue pun walau belum punya anak, tapi gue juga mau segala sesuatu yang terbaik untuk anak gue kelak. Sifat-sifat apa yang sudah pernah gue saksikan dan tidak gue sukai, itu yang akan gue coba hindarkan dengan mengajarkan hal-hal yang lebih baik ke anak gue kelak. Tapi, terkadang ada orang yang terlalu berhati-hati and they push to the extreme to prevent a person from changing into something they do not desire. Dan terkadang, bagi anak-anak, buah sifat dari keekstriman orangtuanya itulah yang justru menjadi bumerang, dan menjadi dinilai negatif oleh anak-anak. Dan itulah yang kemudian anak-anak itu akan hindari untuk mereka ajarkan ke anak-anak mereka kelak. And so on.
And I want to put that vicious circle to a stop.
Menurut gue dengan orang tua itu:
1. Menjalin kedekatan dengan anaknya;
2. Tidak menyimpan pikiran atau perasaan yang mengganjal sampai akhirnya output-nya menjadi tidak baik (meledak, marah-marah);
3. Mau belajar untuk mengutarakan perasaan dan pikiran, serta menyelesaikannya dengan baik;
4. Berusaha mengontrol diri dengan tidak terlalu sering membiarkan anak terekspos sifat negatif dari diri pribadi yang masih perlu diperbaiki (since it's gonna be difficult to explain why they shouldn't do the things you do; because it's bad? Then why do you do it?) dan;
5. Up-to-date terhadap informasi lingkungan sekitar mau pun perkembangan dunia;
itu akan membuat orang tua bisa memahami dan dipahami anaknya tanpa perlu ikut menjadi anak-anak.
Gue setuju dengan perkataan orang-orang yang bilang kalau segala sesuatu itu berasal dari dalam rumah. Karena seorang anak ketika dia hadir di dunia ini, yang dia lihat setiap hari adalah orang tuanya. Yang berkomunikasi dengannya pertama kali adalah orang tuanya. Yang ia tiru adalah orang tuanya. Yang ia pelajari adalah orang tuanya.
Intinya, gue mau semua itu berasal dari diri gue dahulu. Jika gue benar dan bisa membuat anak gue memahami apa yang benar, anak gue pun akan benar. Sisanya akan mengalir. Kemampuan untuk problem-solving, bersosialisasi, keinginan untuk belajar; semuanya tinggal mengikuti jika basic-nya sudah benar.
Love your question! ♡
Liked by:
Intan Rosmala Dewi
Your Partner
Guisus Christ