Selama bertahun-tahun entah sudah berapa ribu kali gue terima pertanyaan dari orang yang nanya apa isi hati pasangannya. Menurut lo, kenapa sih orang lebih suka nanya orang lain (yang nggak tahu apa-apa) dibanding pasangannya sendiri?
Wah di-ask ko El ?
.
.
.
Jujur dulu saya juga kayak gitu sih, ko. Jadinya yang punya problem itu saya dengan X, eh saya diskusi atau nanyain permasalahannya dengan A, B, C, atau Z.
Ada beberapa hal yang bikin saya bersikap kayak gitu:
1. Si X orangnya temperamental, bahkan pendendam sehingga saya sendiri malas berurusan dengan dia.
2. Saya sendiri waktu itu tidak memiliki kepercayaan diri untuk berhadapan dengan si X (mungkin dikarenakan saya merasa kualitas diri saya masih di bawah si X)
3. Teman-teman saya atau orang lain lebih bersikap suportif terhadap saya, sedangkan saat saya berdiskusi dengan si X, yang ada saya malah kalah beradu argumen dengan si X.
4. Si X memang tidak mau diajak diskusi.
5. Saya dengan bodohnya berharap si X mengerti akar permasalahannya dan mau menginisiasi diskusi, dan saya sendiri tidak mau menginisiasi diskusi.
6. Topik diskusi dirasakan terlalu awkward untuk dibicarakan berdua.
Kayaknya itu aja sih, ko. Sebenernya si X itu temen saya waktu koas sih, bukan pasangan saya, tapi saya rasa sama aja intinya.
Hal yang saya pelajari setelah baca-baca ask.fm nya koko adalah kita perlu meningkatkan kualitas diri supaya setara dengan lawan bicara kita atau orang lain dan memperluas pergaulan agar tau mana orang yang layak dicintai, cukup untuk dikenal, bisa dijadikan pelajaran, dan harus di-delete dari hidup kita. Selain itu, kita harus memilah mana hal-hal yang masih dapat kita kontrol dan mana yang tidak bisa kita kontrol.
Well, ko, saya bersembah sujud ke koko karena sudah memberikan ilmu-ilmu gratisan di ask.fm, you changed my life! Semoga Sang Hyang Widi Wasa memberkatimu selalu!
.
.
.
Jujur dulu saya juga kayak gitu sih, ko. Jadinya yang punya problem itu saya dengan X, eh saya diskusi atau nanyain permasalahannya dengan A, B, C, atau Z.
Ada beberapa hal yang bikin saya bersikap kayak gitu:
1. Si X orangnya temperamental, bahkan pendendam sehingga saya sendiri malas berurusan dengan dia.
2. Saya sendiri waktu itu tidak memiliki kepercayaan diri untuk berhadapan dengan si X (mungkin dikarenakan saya merasa kualitas diri saya masih di bawah si X)
3. Teman-teman saya atau orang lain lebih bersikap suportif terhadap saya, sedangkan saat saya berdiskusi dengan si X, yang ada saya malah kalah beradu argumen dengan si X.
4. Si X memang tidak mau diajak diskusi.
5. Saya dengan bodohnya berharap si X mengerti akar permasalahannya dan mau menginisiasi diskusi, dan saya sendiri tidak mau menginisiasi diskusi.
6. Topik diskusi dirasakan terlalu awkward untuk dibicarakan berdua.
Kayaknya itu aja sih, ko. Sebenernya si X itu temen saya waktu koas sih, bukan pasangan saya, tapi saya rasa sama aja intinya.
Hal yang saya pelajari setelah baca-baca ask.fm nya koko adalah kita perlu meningkatkan kualitas diri supaya setara dengan lawan bicara kita atau orang lain dan memperluas pergaulan agar tau mana orang yang layak dicintai, cukup untuk dikenal, bisa dijadikan pelajaran, dan harus di-delete dari hidup kita. Selain itu, kita harus memilah mana hal-hal yang masih dapat kita kontrol dan mana yang tidak bisa kita kontrol.
Well, ko, saya bersembah sujud ke koko karena sudah memberikan ilmu-ilmu gratisan di ask.fm, you changed my life! Semoga Sang Hyang Widi Wasa memberkatimu selalu!
Liked by:
Navyanto Arasma