But I have another opinion.
I can say that Emperor Meiji (Mutsuhito) along with his prime ministers (Ito Hirobumi, Matsukata Masayoshi, etc) were responsible enough in influencing earlier Japanese modern history.
Meiji Restoration marked the substantial growth of Japan. Under the rule of emperor, Japan had successfully lined with European technology and transformed itself into great empire. Prior to that, Japan was closed and undeveloped country governed by Shogunate, a feudal body with landlords, while Japanese society was highly agricultural, poor, and influenced by Samurai class.
Although there was no formal colonization of Japan, most "struggles" of Japanese leaders at that time was enhancing modernization and facing with conservative landlords and samurai. Soekarno-Hatta of Indonesia and Gandi-Nehru of India (as you mentioned) were battling against colonialism to achieving independence, while Mutsuhito of Japan was battling against his compatriot to achieving modernization.
Basically, all countries in this world were and are battling against "something".
Aku pakai berbagai macam alasan, yang sering kali sah:
1. "Lagi ngga ada duit nech."
2. "Ada acara keluarga."
3. "Kurang enak badan nih."
Dan, aku tak tahu harus disyukuri atau tidak, sekarang ada alasan valid yang selalu sah: "Lagi covid oi, sebaiknya lebih sering stay at home kalo ngga penting-penting amat bos."
Tentu kita harus bedakan antara preferensi dan "keharusan" yang berlaku universal pada setiap orang, yang mana tanpanya, hubungan tidak akan bertahan lama.
Preferensi itu contoh: pacar yg ganteng/cantik, saleh, baik hati, dsb. Kita akan kesampingkan ini dan mengambil keharusan yang berlaku universal. Ada dua hal yg harus ada pada pacar kita:
1. Konflik pasti terjadi. Kita harus punya pacar yang dapat menoleransi kita dan kita pun menoleransi dia.
2. Harus mau diajak bekerja sama dan berkomitmen penuh.
Saat kita ingin bicara kepada Allah, maka salat dan berdoalah.
Saat kita menginginkan agar Allah berbicara kepada kita, maka bacalah Alquran.
Tentu ada banyak amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan membantu orang dengan diniatkan untuk Allah, itu sudah termasuk cara mendekatkan diri kepada Allah. Hanya saja, jika konteks mendekatkan diri itu ialah pada komunikasi intens antara kita dengan Allah, caranya adalah salat/berdoa dan membaca Alquran.
Demikian.
Betul sekali. Kamu adik kelasku kah? ;)
Wadidaaw...
Bisa aja kamu hehehe
Sekarang aku lebih aktif di Twitter memang... Semoga aja jadi lebih sering aktif lagi di ask.fm. ;)
Di sini aku mau mendefinisikan terlebih dahulu, bahwa nikah muda adalah nikah di atas usia legal (>18 tahun) tetapi lebih muda daripada usia 24 tahun.
Intinya yang perlu dipahami: Menikahlah ketika sudah siap.
Nabi pun bilang demikian.
Siap itu berbagai macam sisi, ada sisi finansial, sisi mental, siap setia, ada banyak hal.
Kalau semua sudah siap dan kamu ingin menikah, ya menikahlah...
Menikah itu sunnah Nabi kok, jika niatnya baik untuk menyempurnakan separuh agama.
Ngga...
Hidup ini sudah rumit, maka janganlah urusan percintaan juga dibawa rumit. Kalau udah sama-sama mau, sama-sama saling menginginkan, yaudah gak usah drama "sok-jual-mahal", "pengen-diperjuangin", dst.
Saat aku ditolak wanita, ya artinya wanita itu gak menaruh minat sama aku, ya aku stop PDKT-nya... Justru kalau semakin aku berjuang, alih-alih merasa berharga, nanti si wanita semakin merasa gak nyaman.
Semangat yang dia kasih...
Kyle! Apa kabar? Sudah lama tidak bersua ya! ;)
Menabung jelas tiap hari, yang mana uangnya ke depan aku arahkan untuk membangun kantor, karena aku sedang membangun bisnis pribadi. Akan tetapi, mungkin istilah yang lebih tepat buatku mungkin bukan menabung kali ya, tapi berinvestasi.
Karena kalau investasi, harta tabungan kita akan bertambah. Jadi ngga mengendap begitu aja digerus inflasi dan waktu.
Ada dua bentuk investasiku saat ini: deposito dan emas (fine gold). Aku merasa, deposito merupakan instrumen investasi paling aman, selain itu aku juga punya cadangan emas sebagai "reserve" kalau amit-amit krisis ekonomi dan rupiah jatuh kembali seperti tahun 1997, aku masih punya emas yang nilainya tetap stabil.
Perlu diakui, Belanda pada tahun 1800 dan seterusnya memang belajar untuk lebih manusiawi dalam menyikapi pejuang kemerdekaan. Akan ada konsekuensi tersendiri dalam politik internal Belanda jika mengeksekusi mati pejuang kemerdekaan.
Negeri Belanda terdiri dari faksi-faksi politik, jika ada salah satu faksi yang berkuasa di pemerintahan dan punya kebijakan yg buruk di tanah jajahan, itu bisa jadi "makanan" untuk golongan oposisi untuk menjatuhkan faksi yang berkuasa.
Ada kebijakan yg buruk di tanah jajahan, yang menderita memang golongan pribumi, tetapi yang ribut dan debat berkepanjangan adalah parlemen di negeri Belanda.
Tentu berbeda halnya kalau kita bicara zaman VOC. Mereka lebih pragmatis dalam menghadapi pejuang kemerdekaan. Kita bisa lihat bagaimana Pattimura ditangkap dan digantung oleh mereka.
View more