itu wajar krn dalam budaya timur ada konsep inter-dependent, nilai seseorang mempengaruhi bagaimana orang lain melihat diri mereka sendiri
aku yg sejak kecil condong ke arah independent yg mana ini lebih sering ditemui dalam budaya barat mengalami kesulitan untuk memahami pola pikir masyarakat kita ini
bagi aku, nilai diriku adalah nilaiku, dan nilaimu adalah nilaimu.. semua pencapaianmu, penampilan terbaikmu, statusmu dalam masyarakat ngga mempengaruhi bagaimana aku melihat nilaiku.. begitu juga kegagalanmu, kesedihanmu, apapun yg kamu lakukan dalam hidupmu ngga mempengaruhi aku.. dan akupun melihat bahwa apapun yg aku lakukan dalam hidupku ngga mempengaruhi siapapun.. bagi aku, itu caraku menghormati kemampuan diriku dalam menjalani hidupku dan caraku menghormati keputusan manusia lain dalam menjalani hidup mereka sendiri.. namun, masyarakat kita yg inter-dependent melihat hal ini seakan aku baru saja melakukan dosa, dan mereka perlu menghukum aku atas itu
hingga kmdn aku bertemu seseorang.. disaat manusia lain melindungi diri mereka dari aku, dia adalah manusia pertama yg melindungi aku dari dirinya.. disaat manusia lain berkata pada sesamanya untuk berhati2 sm aku, dia manusia pertama yg ngomong ke aku "sof, kamu harus berhati2 sm manusia".. disaat manusia lain ngeliat aku sebagai monster, dia melihat aku sebagai manusia
sejak itu, tbtb muncul konsep asing dalam otakku yaitu "aku gaboleh kenapa2.. krn kalo aku kenapa2, dia juga kenapa2.. aku harus menunjukkan diriku yg terbaik di depan umum, bukan hanya untuk diriku tp jg karena aku adalah ekstensi dari dia.. aku gaboleh terlihat sedih, krn itu akan membebani dia".. sejak itu aku mulai mampu memahami konsep inter-dependent yg selama ini diadopsi oleh masyarakat kita
aku mulai mengerti bahwa keberadaanku memiliki pengaruh atas kehidupan orang lain, bahwa aku memiliki kekuatan untuk memvalidasi seseorang atas nilainya
aku menyadari bahwa selama ini aku gagal membuat masyarakat kita merasa dihargai, dikasihi
View more