@angga_eighties

Anggada Samira

Mau nanyak nih minder ga masuk ptn lwt jalur mandiri? Bukan sbm or snm:((

Halo, Anon!
Hahahahaha kenapa minder? Mau lewat jalur mana juga, yang penting sampai tujuan.

Cara pikirmu kurang tepat kalau minder cuma karena jalur penerimaan PTN. Sebab menurutku, setiap jalur punya tantangannya masing-masing. Justru keberadaan jalur mandiri ini patut disyukuri, karena secara gamblang memperbesar kesempatanmu untuk masuk ke universitas negeri yang diinginkan.
Jangan malah minder. Gak ada program pendidikan yang dibuat untuk mengklasifikasikan orang ke 'kasta' tertentu kayak yang kamu pikirin. Masa iya program pendidikan dibuat untuk merendahkan seseorang. Mana sisi mendidiknha?
Jika ada yang merendahkan seseorang karena hal seperti ini, udah pasti orangnya gak paham apa-apa soal esensi pendidikan. Orang yang peduli akan edukasi itu gak peduli cara/jalur yang mesti ditempuh kayak gimana, sebab yang terpenting adalah manfaat dan ilmu yang bisa diserap untuk dimanfaatkan di kemudian hari.

Lagian sekarang pertanyaannya:
Kalaupun lewat jalur mandiri, kamu udah yakin masuk?
Usahain aja dulu semaksimal mungkin.

Semangat terus, ya. May you have a great weekend! ?
❤️ Likes
show all
anisawichiw’s Profile Photo ditafrm’s Profile Photo dear_ra’s Profile Photo M_lutfi18’s Profile Photo bellabee2’s Profile Photo nandputri’s Profile Photo Yahya_Hz’s Profile Photo elsyekanalomi’s Profile Photo Debby_Djumanta’s Profile Photo

Latest answers from Anggada Samira

Aku punya seorang ibu yang sangat strict dalam agama maupun peraturan sehari-hari. Aku perempuan dan nggak boleh pake celana kalau keluar, bahkan celana lebar dan kulot bukan celana jeans yang ketat. Aku juga disuruh pake jilbab yang sepanjang pantat. Sebel banget sumpah :"). Wdyt?

Mari bicara berdasarkan realitas:
1. Gak banyak yang bisa diperbuat oleh seorang anak yang kelangsungan hidupnya masih ditanggung orang lain; umumnya orang tua, tapi bisa jadi wali atau instansi (seperti pesantren, boarding school, atau panti) kan.
2. Setiap aturan yang dibuat selalu beralasan, dan umumnya untuk kebaikan anaknya (menurut pikiran orang tua). Walau gak masuk akal, pasti ada alasan tertentu yang bikin orang tua berpikir bahwa, "Ini yang terbaik untuk anakku."
Memang, kerap kali aturan dibuat tanpa melibatkan anak, sehingga anak merasa bahwa orang tua bersikap 'egois'. Padahal sejatinya, mereka begitu karena punya 'beban moral' yang dipikul.
Sebagai orang tua, jelas tugas dan tanggung jawabnya adalah menjaga dan membimbing anak toh? Supaya lebih mudah, ya tinggal ikuti standar, alias apa yang menurut ia dan lingkungannya baik. Balik lagi, toh seiring proses pembiasaan, bisa jadi orang tua juga mikir, "Lama-lama juga betah, adaptasi kan kemampuan dasar manusia~"
Kalau udah gitu, mau gimana?
-----
Saranku, sih:
Mainkan peranmu sebaiknya. Sebagai anak yang masih diurus, turutin aja maunya orang tua. 👀
Bukannya bela orang tua atau gak peduli sama perasaanmu, cuma kan emang begitu realitanya.
Kalau belum sanggup bertanggung jawab atas hidup sendiri, main aman sesuai peran adalah keputusan yang lebih bijak. Intinya begitu. 🕺

View more

Katanya kalo kita jajan bakso di pinggir jalan, terus baksonya gak enak itu berarti penjualnya agen intelijen ya?

Hahahahaha aku percaya banget sama propaganda yang satu ini. Soalnya biarpun harus diwaspadai, tapi tetep menghibur.

Menghibur gimana?
Soalnya menggelitik aja buatku.

Gini, gini.
Logikanya: Mana ada orang jualan makanan yang udah umum di lidah orang Indonesia--yang mana di bahasan ini adalah bakso--tapi masih juga gak enak rasanya?
Emang soal rasa tuh selera, cuma kan udah ada standarisasinya sendiri soal citarasa dan tekstur makanan.
Penyedia bahan (supplier) pedagang kaki lima juga kebanyakan yang udah punya banyak jaringan, jadi mestinya gak mungkin ancur rasanya; kecuali ya didapat dari penyedia yang sebenernya gak berkecimpung di bisnis makanan, alias... :)

Apalagi ada gambar kayak gini, apa gak makin pengen ketawa was-was (?) hah. ?
Katanya kalo kita jajan bakso di pinggir jalan terus baksonya gak enak itu

Ga, gimana biar bisa berdamai dengan diri sendiri sih?

Tergantung.
Berdampak ke diri sendiri doang atau ke orang/pihak lain juga?
Soalnya paling berat kalau dampaknya udah melebar; kena ke orang lain (apalagi secara langsung.

Misalnya kesalahan yang lo buat cuma ngaruh ke diri sendiri, ya gampang buat damainya: belajar dari kesalahan, bangun optimisme untuk kasih diri lo kesempatan berusaha menjadi lebih baik lagi; jangan sampai terulang.

Tapi kalau dampaknya udah ke orang lain atau lingkungan (secara langsung), maka ada satu proses lagi yang mesti lo jalanin:
Permohonan maaf yang bertanggung jawab.
Maksud gue, minta maaf doang mah gampang, tapi mempertanggungjawabkan permohonan maaf itu yang susah.
Soalnya lo mesti ‘bangun jembatan’ lagi dulu untuk bisa ‘mengantarkan’ perdamaian ke seluruh pihak terkait (diri lo, orang lain, bahkan mungkin lingkungan yang dirugukan). Susah loh bangun kepercayaan orang lagi supaya mau terima maaf kita.
Kalau udah berhasil, baru lo bisa sepenuhnya bertanggung jawab dengan membawakan solusi agar pihak terkait bisa teryakinkan kalau lo ada niat kuat untuk memperbaiki keadaan.

Niscaya setelahnya lo bakal bisa berdamai dengan diri sendiri deh setelah berjanji (takkan mengulangi), melayangkan maaf, dan menunjukkan sikap bertanggung jawab.

It takes more than just the courage of a mature to bring peace into the world, but the responsibleness of a wiseman.

View more

Setujuu. Ada yg bilang, cinta itu give and give. Bukan take and give

pupury’s Profile Photopuri yuliani
Pertahankan ya, Mb Puri.
Sebab, ke depannya akan banyak orang yang (merasa) telah dewasa akan menganggap pernyataan ini tolol dan tidak rasional. :))

Padahal sederhananya:
Cinta = kasih (sinonim bahasa Indonesia) = give/beri (dalam bahasa Inggris)
Jadi gak ada perihal ‘menerima’ di sini.

Makanya kupikir, akar dari pemikiran mereka yang menentang ‘kasih itu hanya memberi, tak harap kembali’ adalah rasa kecewa dari ego yang tersakiti karena tak terpenuhi (dalam hubungan yang pernah dijalani).
Kenapa? Mungkin karena dari awal mencinta karena ingin memiliki, bukan mengasihi. :)

Selamat berakhir pekan, ya. Semoga harinya menyenangkan! ?

Gimana kalo punya pacar yang gapernah ngurusin pacarnya?

Dek, aku kasih tau, ya.
Ketika kamu berhubungan romantis dengan seseorang, harap jangan pamrih.

Mikir gini (tanpa harus nunjukkin ke dia):
“Udah bagus ada yang mau sama gue.”
Jadi ketika kamu melakukan apapun buat pasangan, landasannya adalah ‘karena ia layak’, bukan ‘karena gue layak (diperlakukan seperti itu juga)’. ?

Serius, cinta jangan pamrih.
Kalau ada yang bilang, ‘ini soal memberi dan menerima’, alias ada pertukaran setimpal dari kedua belah pihak, menurut gue kurang tepat.
Menurutku pribadi, cinta itu menyoal memberi semata. Sebab apa yang kita ‘dapat’, bisa jadi bukan berasal dari orang yang kita beri, melainkan dari diri sendiri, yaitu:
Rasa senang serta kepuasan melihat orang yang dicinta bersukacita.

Jadi, kalu kamu merasa jengkel karena ndak diperhatiin balik setelah segala perhatian yang kamu berikan, introspeksi lagi hubunganmu, sekalian ekspektasimu sejak awal sebelum berpacaran; apakah tulus, atau supaya ndak sendirian. :)

Selamat beristirahat. Have a pleasant evening! ?

View more

Apa yang akan kamu lakukan jika anakmu menolak pergi ke sekolah?

Wah, berat.
Harus diselidiki dulu ke awal mulanya, karena bisa jadi penyebabnya adalah:
1. Lingkungan di sekolah tidak membuat si anak nyaman.
Ini kenapa menurut gue pribadi peran orangtua untuk mengawasi buah hatinya di awal masa bersekolah itu penting, gak bisa sepenuhnya dilepas ke guru--sekalipun mereka disebut sebagai ‘orangtua anak-anak di sekolah’ tapi gak bisa jadi alasan untuk melepas tanggung jawab orangtua terhadap tumbuh kembang anaknya.
Maksudku, orangtua kan pasti (dan mestinya) lebih ngerti tentang anak mereka, jadi kalau orangtuanya ada di sekitar, anak merasa aman dan otomatis bisa langsung cerita kalau ada suatu hal yang bikin anak gak nyaman supaya bisa dikomunikasikan ke pihak sekolah.
---
2. Anak terlalu nyaman di dunianya sendiri. Ini biasanya terjadi karena orangtua ‘malas ngurus’.
Contoh: Anak yang mestinya aktif secara fisik dan motorik lewat kegiatan yang mengasah pikiran lewat observasi dan gerakan, justru dibatasi dengan premis, “Mama/Papa gak mau kamu luka,” atau, “Di rumah aja di luar banyak anak nakal.” Terus dikasih HP aja deh buat nonton biar kalem.
Kalau gak didukung interaksi dan edukasi yang lebih intens untuk menjadikan anak aktif, akhirnya si anak bisa jadi manusia pasif, makanya gak nyaman berada di keramaian (keluar dari zona nyaman) dan malas bersekolah.
---
3. Orangtua kurang memberi stimulan soal pentingnya edukasi
Ini udah paling parah. Kalau kejadian, tandanya orang ini belum pantas punya anak.
Stimulasi anak untuk mau belajar bisa dari banyak hal. Mulai dari belajar berkomunikasi agar kemampuan analitis dan observasinya meningkat (kemampuan interaksi juga tumbuh secara berkala karena anak akan percaya diri untuk berkomunikasi secara aktif), sampai lewat buku dan konten visual (di bawah pengawasan serta arahan orangtua tentunya).
Jadikan si anak kritis (dan sopan) sejak kecil, supaya ketika dalam masa pertumbuhan, ia bisa secara aktif belajar lewat interaksinya dengan orang yang ditemui, termasuk di sekolah.

View more

Minta saran dong,serius?. Tetangga gw pada toxic,sering julid ke gw atupun ke keluarga gw. Gw udah bodoamat ya sm mereka, tapi gw gatega sama ortu gw dikata2in mulu.Gw bisa aja pindah alesan ngekost kuliah, tp ngajak ortu pindah susah bgt..apa gw harus beli rumah sendiri biar bisa pindah(?) Huft

Ada prasangka apa nih bisa sampe pada begini tetangganya?...
Kalau bukan karena ada bahan yang bisa diomongin, tetangga biasanya gak gini-gini amat.
Ironisnya, kalau udah kejadian kayak gini, senjata paling ampuh tuh cuma ‘menunjukkan keramahan’, sih. Sekadar salam-senyum-sapa (nama panggilan) saat papasan aja bisa ngubah segalanya. Tindakan ini bisa berbuah:
1. Tetangga akan luluh dan mulai mengevaluasi penilaiannya terhadap kamu, bahkan keluargamu.
2. Tetangga makin menjadi-jadi, bahkan konfrontasi, tapi di sinilah titik balik kamu bisa tau alasan kenapa mereka bersikap anti sedemikian rupa. Kali-kali bisa diklarifikasi, 'kan?
Teori doang sih ini... Aku gak tau juga kan kelakuan tetanggamu kayak gimana.

Lagian lumayan jelas kayaknya alasan kenapa Ibu kamu gak mau pindah.
Wong itu rumah pribadi, 'kan? Bukan kontrak? Ya iya atuh sayang kalau dilepas saat belum ada pembeli dan rumah baru.
Bukannya gak peduli sama kondisi psikologis keluarga, ya. Cuma balik lagi: realistis.
Tetangga kamu masih manusia, kok. Masih bisa luluh kalau diperlakukan ramah.

Dicoba dulu aja salam-senyum-sapa, gak ada ruginya juga kok buat kamu bersikap baik ke orang yang berprasangka; padahal belum kenal banget.
Have a pleasant weekend, ya! ?

View more

The Adams ada di Synchronize Festival, Oktober nanti kak Angga. Datanglah bersama kekasihmu, niscaya~

rismanahdaa’s Profile Photoris
Di website dan IG belum ada, atau aku yang kurang teliti atau update ya, Ris?
Kamu nonton gak, btw?
Terlepas dari ada atau tidaknya The Adams, tapi line-up performers di Synchronize Festival 2018 asik banget. T.T

Mocca, Danilla, Jason Ranti, Sore, White Shoes & The Couples Company, Nostress, Pure Saturday, Grrrl Gang, Reality Club!!!
Tapi paling juara, tetep...
The Adams ada di Synchronize Festival Oktober nanti kak Angga Datanglah bersama

Angga, gimana ya menyikapi bijak toxic people? Ada beberapa hal dari dirinya yg cukup toxic buat saya, tp sayangnya saya sayang dia, jadi saya ga bisa begitu aja let him go

Saya pro-choice.
Kalau kamu senang menikmati racun yang ia sajikan, ya tenggak terus saja.
Saya gak punya waktu meladeni orang bebal yang dari awal sudah mengindikasikan keengganan untuk mengubah kondisinya.

Sederhananya:
Kalau kamu tidak nyaman dan racunnya berpotensi destruktif untuk kelangsungan eksistensimu, tinggalkan.
Kalau kamu yakin bisa imun terhadap racunnya suatu saat nanti setelah beberapa kali terpapar, ya lanjutkan saja.

Hubungan itu praktis sekali.
Manusia yang menjalaninya saja yang seringkali membuatnya kompleks.

Maaf, ya, saya tahu saya kasar. Tapi saya tidak ingin memusingkan hal yang sederhana.
Selamat malam.

Language: English