Betuuul. Betuuul sekali. Buat yang masih mengagung-agungkan Maudy Ayunda berarti belum baca postingan Ayu di IG dari MOJOK.ID kalau gak salah. Bener-bener membuka pikiran.
Shoutout kamu ada dua yang masuk ke question box saya. Dua-duanya tentang cinta-cintaan alay, termasuk ini. Gak ada shoutout yang lebih berfaedah dikit?
Terimakasih, jawabanmu cukup meredakan kecemasanku yang di umur 20 tahun masih belum berkontribusi apa - apa ke masyarakat
Ya memang itu tujuannya. Gak perlu khawatir. Hal yang wajar juga kok, kalau kamu merasa bahwa sumber kebahagiaanmu bukan berasal dari menjadi bermanfaat bagi masyarakat.
Btw, ask pertama ini mungkin mau menyampaikan ironi. Di saat ada orang yang mengejar pendidikan tinggi di kampus top (which is Maudy), di sisi lain ada yang koar-koar ngajak nikah muda. Oh, Indonesia. :)
Hahahah, I know. Tapi, kita akan balik lagi ke tahap mengelu-elukan Maudy tanpa ada faedah setelahnya.
"Apakah saya bisa menjadi Maudy Ayunda? Bisa, kalau mau. Semua juga bisa." maaf di bagian ini gak setuju. maudy emang teladan banget. tapi dia juga punya privileges. dia dari keluarga kaya, sekolah di british school. her starting point is higher than average of indonesian. modal "mau" aja gak cukup
Bisa, cuma jalurnya akan jauh, jauh lebih susah dibandingkan Maudy. Tapi, kamu juga benar. Dia punya privilese yang gak semua orang punya. Makanya saya bilang, "Akses kita menuju Stanford dan Harvard juga berbeda. Gak bisa disamain."Yang bikin gemes adalah, mereka yang suka ngomong lah-aku-mah-apa-atuh itu gak menyadari hal tersebut. Gak mau mengembangkan diri menjadi lebih baik pula. Jadi lah, keluar statement bercanda tapi bego gitu.
maap mba, si maudy itu karena prestasi beda sama yg soal nikah. yang satu mungkin mba kesel karna iri jatohnya sih hmm
Hahahahahah. Inilah kenapa saya gak pernah ngomong hal ini di muka umum. Pasti, pasti deh ada yang bakal bilang kalau saya iri.Saya tahu kapan saya iri, dan saya tahu kapan saya nggak. Ngelihat Maudy Ayunda galau antara dua pilihan kampus ternama. Apakah itu prestasi? Ya, dia memang pintar. Apakah saya iri? Nggak. Apakah saya bisa menjadi Maudy Ayunda? Bisa, kalau mau. Semua juga bisa. Apakah saya mau? Nggak, saya gak mau jadi Maudy Ayunda.Saya pernah baca tulisan bagus di Line, judulnya (kalau gak salah) "Merayakan Ketidak-Maudy-Ayunda-an Kita". Sayangnya, gak bisa dikopi ke sini. Maudy Ayunda itu keren, yang gak keren adalah mereka yang mengelu-elukannya doang, terus menertawakan dirinya sendiri, tapi gak melakukan apa pun untuk memperbaiki itu. Atau lebih buruk lagi, gak mensyukuri apa yang sudah dia punya."Maudy galau antara Harvard dan Stanford. Lah, aku mah apa atuh, cuma bisa galau antara BSI sama Nusa Mandiri." "Maudy galau antara Harvard dan Stanford. Lah, aku mah apa atuh, cuma bisa galau nanti mau beli Indomie dua bungkus atau Sarimi isi dua." "Maudy galau antara Harvard dan Stanford. Lah, aku mah apa atuh, cuma bisa galau mau biasin Taeyong atau Mark."Terus kenapa? Memangnya lulusan Nusa Mandiri gak ada harganya? Memangnya makan Indomie adalah hal sepele yang gak berharga? Kan, kamu bukan Maudy. Saya bukan Maudy. Akses yang kita miliki menuju Stanford dan Harvard juga berbeda. Gak bisa disamain. Terus begitu, dan kamu gak akan bersyukur."Tapi kan, Maudy itu berprestasi! Kita harus jadiin dia insipirasi!!!1!!1!"Kalau begitu, mari sama-sama kita jadikan Maudy sebagai inspirasi sekaligus tidak merendahkan dan menganggap sepele diri sendiri. Maudy juga bakal sebel, kali.Sekian, akhirnya tumpah juga isi kepala ini tentang Maudy.
Pernah nggak kalian tanya diri sendiri, trus dijawab sendiri di ask.fm, tapi ada orang lain pake anonim balesin chat kalian. Kalo pernah, berarti kalian punya fans!
halo pembaca :)
Mungkin saat saya menjadi digital citizen atau ketika menggunakan ask.fm melakukan kesalahan yang di sengaja ataupun tidak. Misalnya menggunakan kata-kata yang menyakiti hati.
Berhubung lebaran sebentar lagi saya mohon agar di maafkan kesalahan-kesalahan saya yang telah lalu.
Pesan untuk teman-teman "digital netizen" yang berencana ngirim permintaan maaf ke orang-orang random di internet: 1. Kita gak pernah berinteraksi. 2. Habis lebaran pun kamu masih bakal melakukan kesalahan lagi.
Kamu tipe orang yang ingin punya pasangan ,berumah tangga dari nol sama sama atau ingin udah mapan?
Menurut logika kamu, hidup berumah tangga dari nol itu berarti berumah tangga dengan seseorang yang gak mapan. Bhaique. Sekarang jelasin ke saya, gimana caranya orang bisa berumah tangga tanpa mapan terlebih dulu?
Kamu paling sering memandang diri sendiri sebagai orang yang seperti apa?
Orang yang pintar/tidak pintar? Orang yang religius/tidak religius? Orang yang dewasa/tidak dewasa? Atau yang lain?
Kalo disuruh milih, mendingan ditolak dimakamkan karena agamanya atau ditolak lamaran kerja oleh perusahaan terbaik karena agamanya?
Ditolak dimakamkan. Ya saya udah mati, udah gak punya urusan sama dunia ini, udah gak perlu pusing mikirin bahwa gak ada yang mau memakamkan saya. Toh, menurut Islam, mereka yang bakal dosa karena gak mau memakamkan saudara seimannya.
apa alasan kamu tetap bertahan dengan kekasihmu sekarang ?
Apa alasan buat pisah?
Assume it is technologically feasible for mankind (and financially feasible for you), would you like to move and live in a colony on the moon.
Tergantung. Teknologinya udah cukup memadai buat mengatasi perbedaan gravitasi, belum? Kalau belum, aku gak mau ambil risiko mengalami gangguan kesehatan karena hal ini.