If people could read your mind, what would they usually find?
"Nih anak penginnya makan mulu apa ya?"
Kenapa ada orang yg lebih suka Sabtu dibanding Minggu?Apa cuma aku aja yg suka?
Orang lebih suka hari Sabtu karena besoknya Minggu, jadi masih ada hari libur untuk dihabiskan. Kalau hari Minggu, besoknya Senin dan sudah kerja/kuliah/sekolah lagi, kan.
Apa doamu hari ini?
Semoga Bapak bisa sampai tujuan dengan aman dan selamat.
Gak usah kita komentari lebih lanjut, Kak. Kita jadikan pelajaran aja dan supaya lebih aware bahwa kebodohan memang nggak ada batasnya. Dan, ini juga jadi salah satu bukti sih kalau rape culture yang merajalela di sini bukan semata-mata karena cara perempuan berpakaian. Heran, orang sudah pakai cadar aja masih disalahin, pakai bawa-bawa nama agama. Mengutip salah satu kata-kata temanku, "Kalau gue jadi Tuhan, gue bakal bilang: lo mau mesum ya mesum aja, jangan bawa-bawa gue."
Kebab adalah kebalikan dari soto mi. Soto mi isinya bahan-bahan yang saya gak suka, sehingga saya bingung apa yang bisa dimakan dari soto mi. Sedangkan kebab isinya bahan-bahan yang saya suka (apalagi tambah keju hhh).
Yahhh..
Jangan kak, nanti kalo aku kangen ans kakak gimana?
Ngapain deaktivasi kak?
We, humans, tend to avoid things we dislike. There's something I want to avoid, and I can't help but seeing it each time I use this platform. But no need to worry. For now, I'm not going anywhere.
Wait, what. Selama membaca status berisi percakapan bodoh ini, saya mengingat-ingat alasan orang-orang yang senantiasa MENYURUH kami---wanita yang tidak berkerudung---untuk segera berkerudung. Untuk melindungi dan memuliakan diri, katanya. Untuk menjaga diri dari syahwat, katanya. Selain lebih cantik, akan mendapat rida Allah, katanya. SUPAYA AMAN DARI PEMERKOSAAN, katanya. Nah, membaca percakapan yang dimuat dalam status ini, saya malah jadi semakin yakin kalau sudah saatnya kita berhenti "tell women how to dress". Tahu gak, yang diperlukan apa? Tell these disgusting fucktard not to rape (maaf bahasa saya kasar, sebab 'bodoh' sudah gak cukup). . Menyedihkan. Saya gak paham apa yang ada di otak mereka. Apakah terlalu lama menarik diri dari pergaulan dengan lawan jenis demi menjadi seorang ikhwan menjadikan otak mereka pindah tempat ke penis, sehingga melihat foto seorang perempuan bercadar serta-merta bikin mereka horny? Baca sendiri tulisan orang di bawah ini. Ikhwan, my ass. Yang saya lihat gak lebih dari seorang cecunguk menjijikan rendahan. Jago banget ya, merendahkan orang-orang yang pasang foto selfie dan menyebutnya "gratisan". You fucking moron, go to your room and look at the fucking mirror. Yang kamu lihat adalah seorang laki-laki bermental pemerkosa! "Tanpa sadar, kalian mengikuti langkah syaithan (dengan memasang foto selfie)," katanya. LAH, TOLONG DIPIKIR. Menyimpan foto perempuan untuk dijadikan bahan masturbasi apa bukan "langkah setan" namanya, hah? . Ini pula yang jadi perempuan! Mau-maunya mengelus ego laki-laki mesum begitu, mau-maunya disalahkan pakai nama agama! Makanya jangan hafalan doang yang kenceng tapi common sense mentok di level anak baru lulus TK! Stupid. Sumpah, saya kesal banget.
Kakak pilih, Mementaskan diri sebelum memantaskan diri atau memantaskan diri sebelum mementaskan diri kak?
Kalau saya mau tampil marching band, ya saya memantaskan diri dulu dong. Saya latihan, menghafal lagu, memahami visual, meluweskan pukulan, hingga menyesuaikan kostum yang akan saya pakai. Atau kamu sebetulnya sedang ngomongin konteks lain? :)
Kak, mau ngejawab yg ini, udah lama, lupa akunya, hehe
Bismillah ENTJ/INTJ?
apa yang kamu lakukan untuk menghilangkan rasa menyesal saat tau mantan anda jadi pribadi berkualitas sesuai kreteria anda, yang sebelumnya pada masa pacaran walaupun sudah kamu support (dalam banyak hal) ia tidak mau dan tidak bisa berubah?
Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahah. Jawabannya sama kalau kamu tanya macem beli singkong terus singkongnya pahit. Kamu kasih ke temanmu, singkong itu dijadiin tape singkong. Enak.
temen yang ninggalin lu buat temen baru enaknya diapain ya?
Jadikan pelajaran. Ya brengsek sih, memang. Apalagi kalau sebelum ninggalin kamu, dia morotin kamu (entah itu materi, waktu, maupun hal lain). Tapi kalau kamu tanya saya, saya gak peduli kalau ada teman yang meninggalkan saya buat orang lain. Toh, cuma teman? Kalau sekadar teman, saya banyak. Orang-orang di angkatan saya semasa kuliah juga teman. Kenalan yang saya temui di KRL minggu kemarin juga bisa saya anggap sebagai teman. Hilang satu, gak akan saya cari. Kalau teman dekat yang hilang, baru saya cari. Baru saya bakal merasa kehilangan.
Saya setuju. Ehe. Malah kemarin itu sewaktu di sana, ada dua orang mbak-mbak yang di-stop sekuriti karena foto-foto pakai tongsis. Terus saya jadi ketawa. Habis ketawa, saya menemukan objek menarik berikut:
10 fakta tentang mama
Saya ceritakan aja, ya. :) Saya memanggil ibu saya 'Mamah', karena 'mama' terdengar distant dan 'ibu' sudah telanjur saya asosiasikan dengan 'semua ibu-ibu selain Mamah'. Mamah lahir di Jakarta, tapi melihat fasihnya Mamah berbahasa dan berlogat Sunda, saya rasa tidak akan ada yang percaya kalau saya bilang dia tidak lahir dan besar di bumi Parahyangan. . Mamah adalah seorang yang polos, dari hal sesepele bertanya dulu ke anaknya apakah status berbahasa Inggris yang ditulisnya di WA sudah benar, sampai hal seekstrem diakal-akali untuk dipinjami uang sekalipun dia sedang tidak punya uang. Prinsip Mamah adalah: selama saya bisa, saya akan berbuat baik kepada siapapun, siapa tahu kebaikan itu terbalas kepada anak-anak saya. Namun di balik kepolosannya---apalagi ditambah pengaruh Bapak yang tabiatnya keras---Mamah juga punya sisi tangguhnya sendiri, yang akan muncul jika anggota keluarga atau harga dirinya diusik orang-orang yang seringkali disebutnya 'tidak berpendidikan'. Nada bicaranya tidak pernah tinggi, tapi ketika menghadapi orang-orang semacam itu, saya tidak bisa menduga-duga hal gila macam apa yang bisa dia lakukan. . Mamah sangat pandai mengambil hati orang, terlihat dari caranya menghadapi pelanggan dan begitu banyaknya teman yang dia punya. Teman-teman Mamah bukan cuma ibu-ibu pengajian dan ibu-ibu yang dikenalnya dari SD, tapi juga sampai ke pengurus RW seberang. Makanya, berjalan kaki dengan Mamah akan menghabiskan banyak waktu karena ada saja yang mencegat di jalan dan mengajaknya ngobrol. Tapi sekalipun temannya banyak dan dia banyak peka, Mamah bukan tipe orang perasa. Dulu ya, sekarang tidak, mungkin sudah capek menjadi orang kelewat perasa yang apa-apanya melibatkan perasaan. Terpengaruh Bapak yang mendominasi rumah dengan sifat kaku, awkward, dan insensitif, Mamah pun membesarkan anak-anaknya tanpa pernah mengelu-elukan kami; tidak peduli anaknya selalu ranking tiga besar sewaktu sekolah kah, mendapatkan juara lomba, atau bahkan masuk universitas yang (katanya) terkemuka. Ketika anak-anaknya mengukir prestasi, Mamah seringkali hanya mengucap hamdalah, tersenyum, dan sesekali memuji anaknya lewat candaan. Tidak ada peluk, tidak ada cium, apalagi tangis haru. Kadang saya berpikir, mungkin saya dan adik-adik juga kaku karena bawaan sifat orangtua kami. . Lucunya, Mamah ikut-ikutan Bapak melarang anaknya pacaran sebelum lulus SMA, tapi sering diam-diam bertanya kami sedang dekat dengan siapa atau apakah ada orang yang kami sukai. Tentu saja kami cuma bakal tertawa sambil mengalihkan pembicaraan, takut kalau-kalau Mamah akan laporan ke Bapak (padahal tidak juga, sih). Mamah memercayakan soal pasangan ke anak-anaknya. Seperti apa, bebas, yang penting satu keyakinan dan bisa bertanggungjawab. . Tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang Mamah selain dia adalah seorang ibu yang polos dan tidak romantis, tapi diam-diam senang memerhatikan tindak-tanduk orang lain. Persis anaknya.