Orang-orang pintar tidak kebelet pacaran, tidak juga melihat pacaran sebagai suatu prestasi yang harus dibanggakan. Orang-orang pintar berpikir, "Oh, saya punya pacar, ya sudah. Terus kenapa?" Orang-orang pintar tidak rendah diri ketika orang-orang tidak pintar mengejek dengan sebutan jomblo. Orang-orang pintar justru menganggapnya angin lalu dan daripada merasa sedih karena dibilang jomblo ngenes, orang-orang pintar menggunakan waktunya untuk melakukan hal-hal yang lebih berfaedah seperti: menonton video sains di YouTube, membaca buku, berdiskusi, memperluas pergaulan, dan sebagainya. Dengan begitu, orang-orang pintar akan menjadi orang-orang yang semakin berkualitas. Orang-orang pintar tidak mematok harus pada usia berapa menikah. 20? 30? 35? Orang-orang pintar akan menikah ketika sudah mapan fisik, mental, dan finansial. Orang-orang pintar melihat pacaran sebagai suatu bentuk hubungan yang saling memberi manfaat, seperti simbiosis mutualisme. Maka dari itu, orang-orang pintar tidak asal kenal-pendekatan-tembak-jadian lalu empat bulan kemudian putus. Orang-orang pintar akan menilai matang-matang orang-orang yang didekatinya/mendekatinya, lalu benar-benar membina hubungan apabila dirasa saling menguntungkan. Yang terpenting, orang-orang pintar punya lebih banyak hal yang berharga untuk dilakukan ketimbang pusing dan galau memikirkan status single-nya.
Do you like to spend your free time alone or in company?
Mmm. Selama ini, saya selalu dengan percaya diri mengatakan bahwa saya senang menyendiri, menyepi, menghabiskan waktu tanpa orang lain, pokoknya being alone but not lonely. Ternyata semua itu salah. Begitu selesai menyendiri dan menyepi, pada akhirnya di akhir hari... saya tetap buka Line dan chat orang terdekat saya, bercerita tentang bagaimana saya menghabiskan waktu sendirian hari ini. Selalu begitu.
apa kabar ukh?
Oh maaf, saya Ayu, bukan Ukh.
Would you rather have your child grow up to be kind or smart?
Hal-hal baik tidak perlu mengemis perhatian. Kalau akunmu memang bermanfaat (atau minimal, menghibur), orang-orang akan dengan senang hati memberikan apresiasi dalam bentuk like tanpa kamu harus kirim shoutout menyedihkan begini. . Inilah juga alasan kenapa saya gak pernah balas nge-like orang yang spam like ke saya. I hate it when people do that, nge-like jawaban-jawaban saya secara membabi buta padahal mungkin gak dibaca.
If you were to change one thing about yourself, what would it be?
I need to improve my anger management skill.
gmn sih caranya ngesadarin sahabat cowok ku kalo aku ngerasa dia berubah sekarang ini:( dia selalu bilang kalo perasaan aku aja kalo dia berubah dan dia ngejauh:(
Kita---manusia---tidak berubah, tetapi hal-hal di sekitar kita berubah. Apa yang kita lihat sebagai bentuk perubahan dalam diri sebetulnya adalah bentuk adaptasi kita terhadap semua hal yang terjadi secara cepat dan konstan. . Kita pernah hidup sebagai satu-satunya anak di dalam keluarga selama beberapa tahun, kemudian lahirlah adik-adik kita. Kita tidak akan lagi menjadi satu-satunya pusat perhatian ibu dan ayah, maka kita beradaptasi dan menjadi lebih independen. Kita beradaptasi, dari seorang anak manja menjadi kakak yang mandiri. Kita pernah hidup sebagai seorang pribadi yang lemah, hingga datanglah sekelompok bocah kelas sebelah dengan niat busuk untuk merundung. Kita memiliki dua pilihan: menjadi semakin lemah, atau mencoba menjadi kuat? Lewat proses sedemikian rupa, kita beradaptasi dari seorang anak yang lemah menjadi pribadi yang semakin kuat atau justru kian melemah. Kita pernah hidup sebagai manusia jujur, dan kini kita bekerja dalam suatu perusahaan dan terjebak 'budaya korup' di mana kita bakal dikucilkan apabila tidak ikut mengambil uang hasil pungutan liar. Kita memiliki pilihan untuk tetap menjadi seorang manusia yang jujur atau 'berubah' menjadi seorang lintah yang korup. Pilihan yang kita ambil setelahnya terasa mengubah diri kita, padahal bukan seperti itu; kita hanya berpindah lingkungan, situasi, dan keadaan yang menuntut kita untuk beradaptasi. . Untuk apa kita beradaptasi? Untuk dapat survive, tentunya, dan bertahan di dunia ini. Jadi, sebelum kamu repot-repot menyadarkan sahabatmu itu bahwa ia berubah, kamu seharusnya lebih dulu menyadarkan diri sendiri bahwa segala sesuatu yang kita hadapi akan terus berganti, berpindah, atau mengalami apa saja dan akan menuntutmu bisa terus beradaptasi, atau minimal, meningkatkan resistensi.