Lanjutkan, dengan pertimbangan-pertinbangan. Baca pengkajian saya tentang pernikahan beda iman/agama di sini:
https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/1808/1625
Mau tahu hasil penelitian pada orang Indonesia?
Pengamatan saya dan Afifah terhadap foto-foto Instagram berhashtag #RelationshipGoals dan hasil survey menunjukkan sbg berikut:
http://accentsjournals.org/paperInfo_1.php?journalPaperId=984&countPaper=13
That prisoners, too, could be a valuable social capital, at least in the perspective of knowledge management & psychology. REF:
https://www.selasar.com/answer/11938/Apakah-penjara-adalah-bentuk-hukuman-yang-tepat-untuk-terpidana-kasus-white-collar-crime
Terima kasih untuk pertanyaannya, Lex. Ada beberapa faktor. Salah satunya yang dalam psikologi disebut 'optimism bias': percaya bahwa kita gak akan menghadapi masalah seperti yang dihadapi orang lain; atau juga percaya bahwa kalaupun menghadapi, kita bisa menyelesaikan dengan cepat dengan 'modal' hubungan yang ada sekarang. Yang terjadi kemudian adalah menunda-nunda mempelajari 'ilmu percintaan' ini, seringkali sampai 'kena batunya' hehehe (walau gak ada kata terlambat untuk belajar kan?). Kami sendiri sedang meneliti faktor-faktor lainnya, khususnya faktor psikologis. Mohon bersabar menanti rilis hasil riset kami.