I was walking and i thought of this question. What do you think it the difference between violence in real life and violence in literature? Violence is definitely one of the most personal and even intimate act between human beings, but it can also be cultural and societal in its implications, right?
Tergantung bagaimana kita menuliskan kekerasan di dalam penulisan dan sastra.
Beberapa satra, menggunakan kekerasan dan kematian sebagai statement untuk mengunggkapkan aksi-reaksi, akibat dan dampak kekerasan yang dilakukan seseorang ke orang lain. Beberapa hanya mengekspose kekerasan dengan tujuan style atau mencari pamor.
Namun beberapa tulisan lebih berkonsentrasi dengan alasan dan perasaan seseorang yang menjadi alasan untuk melakukan tindak kekerasan tersebut. Kemarahan, kebencian, iri, dengki, nafsu, kesendirian, dendam dan berbagai perasaan yang memicu tindak kekerasa dianggap oleh beberapa orang (termasuk aku) sebagai sesuatu yang indah. Semua perasaan bisa tertulis indah di dalam sastra, tanpa ada pengecualian.
Sastra adalah salah satu wadah pengungkapan ekspresi yang tidak terbatas. Mungkin itu juga yang menjadi landasan Allan Poe menuliskan sisi gelap manusia.
Beberapa satra, menggunakan kekerasan dan kematian sebagai statement untuk mengunggkapkan aksi-reaksi, akibat dan dampak kekerasan yang dilakukan seseorang ke orang lain. Beberapa hanya mengekspose kekerasan dengan tujuan style atau mencari pamor.
Namun beberapa tulisan lebih berkonsentrasi dengan alasan dan perasaan seseorang yang menjadi alasan untuk melakukan tindak kekerasan tersebut. Kemarahan, kebencian, iri, dengki, nafsu, kesendirian, dendam dan berbagai perasaan yang memicu tindak kekerasa dianggap oleh beberapa orang (termasuk aku) sebagai sesuatu yang indah. Semua perasaan bisa tertulis indah di dalam sastra, tanpa ada pengecualian.
Sastra adalah salah satu wadah pengungkapan ekspresi yang tidak terbatas. Mungkin itu juga yang menjadi landasan Allan Poe menuliskan sisi gelap manusia.