Haris apa haris
Namanya, Harris. Muhammad Harris Ramadhan. Laki-laki yang terlampau pintar membuatku jatuh dalam pesona sopan dan santunnya. kepribadiannya yang lembut dan ramah dalam bertutur kata membuatku selalu nyaman berada didekatnya.
Hari pertama masuk dibulan Desember tanggal 21. Pagi itu, sosok Harris-lah yang pertama kali kukenal. seorang laki-laki pekerja keras dan selalu ikhlas menerima jobdesk(sekarang)yang terlampau berat dan semakin menyusahkan.
Seperti lucu. entah bagaimana awalnya sebuah percakapan terjadi pada salah satu media sosial. membahas tentang apapun yang membuatku bahkan rela begadang menunggu hari esok. lebay? tentu.
sosok Harris yang datang dengan segudang kejutan. sosok Harris yang selalu bisa diandalkan setiap waktu. Tuhan, apa aku terlalu bergantung?
malam itu, malam dimana aku mulai yakin bahwa ada sesuatu yang aneh. kamu cemburu Harris. dan aku menyukainya. sejumlah pertanyaan kuutarakan, namun, keesokan malamnya aku tahu, kamu sedang berkumpul dengan teman-temanmu dan mengulur waktu untuk membalas pesan singkatku.
aku tau, ada yang beda.
kamu terlalu cepat menyimpulkan satu keadaan dimana sudah sejak pagi itu, pagi hari ketika aku datang dengan kemeja putih panjang ber-rok hitam, duduk diback office, sudah sejak hari pertama kali aku berjabat tangan dengan sosok laki-laki bername tag palsu bertuliskan, Sandy. aku telah jatuh dalam pesona ramahmu.
Kembali lagi, keesokan siangnya(setelah kejadian malam itu) aku dengan cepat membalas semua pesanmu. sampai pada akhirnya kamu lama tak menjawab. entah karna hal apa.
yang aku tau, 10 menit setelah itu, kita jadi semakin dekat. lebih dari dekat. kamu cukup indah mengutarakan perasaanmu.
tak cukup romantis menurut orang, tapi yang aku tau, kamu jauh lebih berani dari hari sebelumnya.
ya, kita pacaran.
konyol, seperti anak SMP memang. tapi, aku menyukainya.
14 April kemarin, adalah hari terakhir dimana aku rela datang lebih awal hanya untuk melihat kamu sebelum pulang, sebelum pergantian shift. aku tau kamu lelah, lebih dari lelah. mengingat ketika malam kamu jarang sekali menyentuh makanan pada kantin hotel. pola tidur yang berubah drastis, kopi hitam yang selalu tersimpan rapih dalam tas ranselmu, serta lintingan tembakau yang terpajang indah pada saku celanamu. aku bahkan terkadang terbangun, sekedar bertanya apa Harris makan malam ini?
dan, kamu selalu menjawab iya. entahlah, sulit aku percaya mengingat semua aduan kamu gimana (kurang) indahnya jadi PNS(pegawai night shift).
kemarin, hari terakhir kita mengambil gambar diback office.
kamu tau haris?
bahkan rasanya sangat sulit mengikhlaskan semua situasi seperti ini.
tapi, bukankah jarak dapat membuat rindu semakin nikmat?
ya,
aku merindukanmu. bersama hembusan angin malam yang lembut, aku merindukanmu, Harris.
Hari pertama masuk dibulan Desember tanggal 21. Pagi itu, sosok Harris-lah yang pertama kali kukenal. seorang laki-laki pekerja keras dan selalu ikhlas menerima jobdesk(sekarang)yang terlampau berat dan semakin menyusahkan.
Seperti lucu. entah bagaimana awalnya sebuah percakapan terjadi pada salah satu media sosial. membahas tentang apapun yang membuatku bahkan rela begadang menunggu hari esok. lebay? tentu.
sosok Harris yang datang dengan segudang kejutan. sosok Harris yang selalu bisa diandalkan setiap waktu. Tuhan, apa aku terlalu bergantung?
malam itu, malam dimana aku mulai yakin bahwa ada sesuatu yang aneh. kamu cemburu Harris. dan aku menyukainya. sejumlah pertanyaan kuutarakan, namun, keesokan malamnya aku tahu, kamu sedang berkumpul dengan teman-temanmu dan mengulur waktu untuk membalas pesan singkatku.
aku tau, ada yang beda.
kamu terlalu cepat menyimpulkan satu keadaan dimana sudah sejak pagi itu, pagi hari ketika aku datang dengan kemeja putih panjang ber-rok hitam, duduk diback office, sudah sejak hari pertama kali aku berjabat tangan dengan sosok laki-laki bername tag palsu bertuliskan, Sandy. aku telah jatuh dalam pesona ramahmu.
Kembali lagi, keesokan siangnya(setelah kejadian malam itu) aku dengan cepat membalas semua pesanmu. sampai pada akhirnya kamu lama tak menjawab. entah karna hal apa.
yang aku tau, 10 menit setelah itu, kita jadi semakin dekat. lebih dari dekat. kamu cukup indah mengutarakan perasaanmu.
tak cukup romantis menurut orang, tapi yang aku tau, kamu jauh lebih berani dari hari sebelumnya.
ya, kita pacaran.
konyol, seperti anak SMP memang. tapi, aku menyukainya.
14 April kemarin, adalah hari terakhir dimana aku rela datang lebih awal hanya untuk melihat kamu sebelum pulang, sebelum pergantian shift. aku tau kamu lelah, lebih dari lelah. mengingat ketika malam kamu jarang sekali menyentuh makanan pada kantin hotel. pola tidur yang berubah drastis, kopi hitam yang selalu tersimpan rapih dalam tas ranselmu, serta lintingan tembakau yang terpajang indah pada saku celanamu. aku bahkan terkadang terbangun, sekedar bertanya apa Harris makan malam ini?
dan, kamu selalu menjawab iya. entahlah, sulit aku percaya mengingat semua aduan kamu gimana (kurang) indahnya jadi PNS(pegawai night shift).
kemarin, hari terakhir kita mengambil gambar diback office.
kamu tau haris?
bahkan rasanya sangat sulit mengikhlaskan semua situasi seperti ini.
tapi, bukankah jarak dapat membuat rindu semakin nikmat?
ya,
aku merindukanmu. bersama hembusan angin malam yang lembut, aku merindukanmu, Harris.