gapapa dong jadi "friend" sama "fan". tulisanmu membuatku kelepek-kelepek, if you know lim.. why didn't I realize it from the start? wkwk... keep writing miss Amazing ;)
lim, boleh follow back? sekarang aku jadi fansmu nih, lim :))) -- Mbeh, Ya Allah, mbak ranking-tiga-besar-angkatan se-Teladan58 ngeask aku beginian 😍 *faints* Alima: 1 The rest of the universe: 0 Aku nggak keren, Shaf, masih banyak dosanya 😂 Tapi aamiin dah Shaf, makasihh hehe 😘 Udah kufollback yaa, ahli soal fisika TUC 2015 yang susahnya naudzubillah 🙏 And you're not going to be my fan bcs you're my "friend" and here's my fan:
Hmm banyak e Mas, tapi satu aja ya, dan sori late ans 😆 Alkisah ada tiga koordinator sie materi TUC 2015 yang bernama Reyhan, Almas, dan Alima. Mereka bertiga adalah tim yang kompak, nyaris tidak pernah miskom. Mereka bertiga adalah tim yang tetap bisa bahagia dalam kemundhasannya. Mereka saling melengkapi dengan segala kelebihan dan kekurangannya: Reyhan (si tukang survei), Almas (si tukang jarkom), dan Alima (si tukang ketik). Masa-masa persiapan berjalan lancar tanpa suatu halangan besar, sampai saat itu terjadi: mereka hendak mengonsultasikan soal TUC ke Bhawara. Ada alasan mengapa mereka bertiga memiliki julukan masing-masing. Faktanya, di antara ketiga koor tersebut, hanya Rayhan yang memiliki mobilitas paling tinggi. Almas dan Alima belum bisa berkendara dengan motor. Sehingga, mau tidak mau, Almas dan Alima harus mencari tunggangan ke Bhawara sementara Rayhan berkendra menuju Bhawara dengan motornya. Tempat Rayhan, Almas, dan Alima bersekolah sebenarnya adalah tempat yang strategis -dikelilingi oleh pangkalan taksi dan becak. Karena perjalanan menuju Bhawara menggunakan TransJogja dapat memakan waktu satu jam, Almas dan Alima memutuskan memilih taksi sebagai transportasi mereka. Nahasnya, saat itu tidak ada taksi yang mangkal. Mereka pun enggan mengeluarkan pulsa untuk menelpon taksi. Alhasil, becak pun menjadi pilihan mereka. Mereka berdua menunggangi becak dari Teladan menuju Bhawara. Kayuhan bapak tukang becak itu bisa dikatakan cukup lambat, tetapi mereka maklum saja. Pertama, bapak itu memang sudah berumur. Kedua, jalan dari Teladan menuju Bhawara itu naik, secara Jogja berada di dekat gunung. Jadi, mereka maklum saja. Setibanya di pertigaan Sudirman-Terban, mereka mendapati suatu pemandangan yang cukup membuat diri mereka merasa hina: Reyhan sedang menunggu lampu menjadi hijau di atas motornya sambil tersenyum kecil dengan tatapan semacam 'ya ampun mesakke tenan partner-partnerku iki kudu mbecak tekan kene'. Sekian 😂