jy

{so tell me the truth pt. 3}

Alex dan Mabel nggak langsung pulang. Mengingat mereka udah lama gak ketemu, mereka mutusin buat mampir sebentar ke kafe di daerah Margonda buat ngobrol-ngobrol. Soalnya tadi mereka gak lama di Starbucks karena Alex takut tasnya dibuang ke danau sama temennya.
Ada banyak obrolan yang muncul di tengah-tengah mereka. Mulai dari cerita Mabel yang sempet tersesat di Belanda karena gak familiar sama daerahnya, sampai gimana Alex mengatasi jetlag karena naik pesawat hampir kurang dari sebulan sekali demi bisa mengunjungi sebanyak mungkin negara-negara di Eropa.
Tapi setelah sesi obrolan yang penuh canda itu selesai, tiba-tiba aja hal yang belakangan memenuhi pikiran Mabel mendesak untuk ditanyakan.
Mabel sampe harus inhale exhale beberapa kali karena agak grogi.
"Alexander."
"Hmm?" Gumam Alex yang agak sibuk sama hpnya karena ternyata ada tugas dadakan pas dia pergi tadi.
"Why do you sweet-talk so many girls?"
Mata Alex langsung bergerak buat natap Mabel, bingung, kenapa tiba-tiba Mabel bahas hal ini.
"I don't know. Why are you asking?"
"I just want to know."
Alex terdiam sebentar sampai akhirnya dia mutusin buat jawab pertanyaan Mabel, meski sebenernya jawaban itu gak begitu sesuai sama apa yang ada di hatinya.
"Gimana ya, Bel. I just find it fun. Seeing their reactions and all, that's fun to me."
"So playing with girls' heart is fun to you?"
Alex langsung ngangkat sebelah alisnya, makin bingung, "Bukan begitu. They just love my physic, so why bother feeling guilty?"
"Nggak semua cewek deketin lo hanya karena fisik lo. Gue yakin pasti ada yang beneran suka sama lo. Dan dengan lo ngegombalin mereka, lo sama aja ngasih harapan ke mereka."
"Whoa whoa wait, Mabeline, what's with the talk? Lo biasanya oke oke aja?"
Mabel terdiam sebentar, sibuk mengaduk jus jeruknya sambil berpikir. Entah berpikir soal apa. Soal perasaan cewek-cewek itu kah? Atau malah perasaannya sendiri?
"Mabeline? Can you tell?" Alex masih natap Mabel dengan tatapan penasaran sekaligus khawatir.
Tapi Mabel cuma jawab singkat, "I'm not sure, yet."
"There must be something wrong in you."
Mabel langsung natap Alex balik, seakan berusaha mencari sesuatu, atau menuntut sesuatu dari Alex.
"Mabeline, denger gue ya." Ekspresi Alex mulai berubah serius.
"Apa?"
"Lima belas tahun gue kenal lo. Dan gue tau fokus lo bukan pada perasaan 'mereka'. Tapi ke perasaan lo sendiri, cos I do that to you too."
Mabel gak bicara apa-apa, dia masih bertahan natap Alex.
"But, Mabeline, the sweetness are real only when I said it to you."
"What?"
"You know what it means." Alex senyum, mengakhiri kata-katanya dan mulai ngurusin proses pembagian tugas yang masih berjalan di chatroom. Leaving Mabeline dumbfounded.

View more

{so tell me the truth pt. 2}

Di Starbucks, Mabel gak berhenti pasang wajah bete. Dia tau Alex itu flirty, tapi seumur-umur Mabel gak pernah menyaksikan aksi Alex secara langsung. Apalagi Alex bilang kayak gitu tepat setelah dia bilang Mabel cantik, sok-sok pake nyanyi lagu Kahitna lagi, padahal suaranya juga nggak enak.
Pas Alex datang bawa 2 gelas pesanan mereka, Mabel langsung buang pandangan ke arah luar.
Alex langsung ngangkat sebelah alisnya, bingung, "Kenapa sih?"
"Nggak."
Alex yang udah terlalu paham sama sikap wanita, langsung nyubit pipi Mabel pelan, "Bohong banget. Gara-gara tadi gue bilang anak kecil itu cantik kan?"
"Ih, enggak."
Alex ketawa aja, "I've stayed by your side long enough to know that you're not telling the truth."
Mabel gak ngomong apa-apa, dia cuma ngambil pesenannya dan mulai minum tanpa nengok ke arah Alex.
"Posesif deh." Ujar Alex ringan, tapi berhasil bikin Mabel nengok ke Alex.
"What did you say?"
"You. Possessive."
"What the hell??"
Alex senyum, "It's okay, I am also possessive to you, I admit it."
"Stop it, Alexander." Muka Mabel udah mulai merah. Aneh. Padahal Alex udah sering gituin dia. Apa karena faktor baju ya? Alex hari ini rapih banget pakai kemeja putih, gak kayak biasanya cuma pakai kaos lengan pendek.
"Lo habis ngapain sih? Rapih banget?" Tanya Mabel mengalihkan topik.
"Presentasi." Alex menyeruput minumannya sejenak, "Lo kenapa pake rok?"
"Ya pengen aja, gak boleh?"
Alex lagi-lagi cuma senyum.
"Apaan sih senyum-senyum mulu."
"Seneng liat Mabeline pake rok di kampus."
"Aneh..."
"Habis ini kita foto bareng ya?" Alex mulai nengok nyariin orang yang bisa dimintain tolong buat foto mereka full body, kemudian narik tangan seorang cewek yang lewat depan mereka. "Eh, eh. Boleh tolong fotoin gue sama dia gak?"
"Alexander!" Mabel langsung melototin Alex, gak bergeming dari tempatnya sementara Alex udah mau berdiri. "Buat apa sih??"
"Buat post di instagram, jadiin wallpaper, kasih liat mama."
"Kasih liat mama??"
Alex sekali lagi nyeruput minumannya sebelum kemudian megang tangan Mabel dan berdiri, "Jarang-jarang Mabeline pake rok. Mama pasti seneng liatnya."
Kenapa mamanya Alex mesti seneng coba.....

View more

{so tell me the truth pt. 1}

Udah berkali-kali Alex nguap di kelas hari ini, padahal kelas baru mulai satu jam yang lalu.
"Kenapa sih lo, Lek. Tumbenan nguap mulu, biasanya nyatet terus." Tanya temennya pelan.
"Gak tau, lagi males kuliah gue deh." Balas Alex dengan suara minim, takut kedengeran sama profesor yang lagi sibuk ngejelasin dari A sampai Z.
"Kelamaan sih lo liburan, jadinya otak lo tuh masih otak liburan."
Alex cuma masang muka datar, gak jawab apa-apa, kemudian mulai buka-buka hpnya.
"Hm..." Alex ngebuka chatroom dia sama Mabel, baru sadar kalau chat terakhir mereka itu 2 minggu yang lalu.
Jemari Alex mulai bergerak ngetik sesuatu ke Mabel, yang dengan cepatnya langsung dibaca sama Mabel. Dia ngajak Mabel cabut kelas, dan meski Mabel sempet jawab jutek dan nuduh Alex udah lupa sama dia, pada akhirnya Mabel mengiyakan juga.

Alex langsung senyum dan nepuk bahu temennya sambil mouthing 'cabut dulu ya'
Temennya Alex cuma bisa manggut-manggut. Alex itu, udahlah masuknya telat seminggu gara-gara Europe Tour, terus sekarang malah cabut di tengah-tengah sesi, suka-suka hidup dia ajalah.
---

Alex dan Mabel memutuskan buat ketemu di jembatan yang mempertemukan fakultas mereka. Hari itu Mabel keliatan beda, pake rok, rambutnya yang biasanya dibiarkan lurus pun hari ini jadi agak ikal. Dan kayaknya Mabel baru beli lipstick warna baru.
"Cantik~ ingin rasa hati berbisik~" Alex yang tau-tau udah ada di belakang Mabel pun tiba-tiba nyanyi, bikin Mabel otomatis nyubit lengan Alex.
"Apaan sih?"
Alex ketawa aja, cubitan Mabel gak bikin sakit, "Ya emang cantik."
"Gak usah ngeledek."
"Ya Tuhan..." Alex nunjukin ekspresi kaget yang dibuat-buat. "Stop fitnah aku, Mabeline."
Mabel gak ngomong apa-apa, dia langsung aja jalan pergi yang kemudian diikutin sama Alex.
"Mabel, gue lupa bawain oleh-oleh buat lo. Padahal banyak di rumah."
"Terus?"
"Artinya ke rumah gue dong."
"Kalo gue gak mau?"
"I'll make you change your mind."
"How?"
Alex langsung jalan ke depan Mabel supaya Mabel berhenti, kemudian senyum ke Mabel, "I also don't know but I'm sure you'll come."
Mabel ketawa sinis, "Pede banget kamu, Alexander."
Alex langsung ketawa lebar buat membalas tawa sinis Mabel, kemudian ngerangkul Mabel sambil jalan, "Ahhh, I really miss you."
Mabel couldn't help but smile cos she actually missed him too.
Tapi tiba-tiba di tengah perjalanan mereka, ada cewek mungil yang berhenti persis di depan mereka, "Kak Alexander??"
"Mmm? Halo?" Alex berusaha sopan karena sebenernya dia gaktau cewek ini siapa.
"Aku adik kelas kakak waktu di SMP! Hehe. Dulu kakak bilang aku cantik...." Kata cewek itu dengan senyum malu.
Alex mulai memandang cewek itu lekat-lekat, dia masih ga inget cewek itu siapa, tapi kemudian dia senyum, "Sekarang juga masih cantik."
Tanpa tau kalau perempuan yang baru dia nyanyikan salah satu lagu Kahitna di jembatan tadi, sekarang udah kehilangan selera bahkan buat menu starbucks yang paling enak sekalipun.

View more