Jabarkan tentang pembentukan orientasi seksual menurut Teori Psikososial?
Teori ini dapat dijabarkan lewat beberapa teori (SILAKAN DISIMAK BAIK BAIK)
a. Teori Freudian
Freud (1915, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003), percaya bahwa pengalaman masa kecil, terutama hubungan dengan orang tua adalah penting dalam pembentukan orientasi seksual. Anak laki-laki yang memiliki hubungan yang buruk dengan ayahnya dan terlalu dekat dengan ibunya, akan terpaku pada perkembangan homoseksual.
b. Teori Homo-Seductive Mother
Irving Bieber (1962; 1976, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003) menyatakan bahwa dirinya menemukan pola antara laki-laki gay dimana mereka mempunyai ibu yang dominan, overprotektif, menggoda, dan mengendalikan mereka serta ayah yang pasif, jauh, berjarak, dan tidak menunjukkan kasih sayang. Anak laki-laki menjadi terlalu dekat dengan ibunya dan berjarak dengan ayahnya. Karena itulah, anak laki-laki tersebut tidak tertarik pada pekerjaan dan aktivitas yang bersifat maskulin dan menolak usaha untuk mengikutsertakannya dalam kegiatan ayah dan anak (Pillard, 1990; Pillard & Weinrich, 1986, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003).
c. Learning Theory
Teori ini menekankan pada adanya penguatan dalam perilaku seksual di masa awal dalam menentukan orientasi seksual, dimana individu cenderung mengulangi kegiatan yang menyenangkan dan menghindari kegiatan yang menyakitkan. Jika individu mempunyai pengalaman sesama jenis dan hal tersebut dirasa menyenangkan, individu tersebut mempunyai kemungkinan untuk mengembangkan orientasi seksual homoseksual (Gagnon & Simon, 1973, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003).
d. Sociological Theory
Penelitian Bell, Weinberg dan Hammersmith (1981, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003) mengemukakan teori bahwa homoseksualitas muncul karena langkanya atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan terkait pengalaman heteroseksual. Bell, Weinberg dan Hammersmith menyimpulkan bahwa: (1) homoseksualitas pada laki-laki bukanlah hasil pembelajaran dari ibu yang dominan dan ayah yang lemah, (2) homoseksualitas pada wanita bukan hasil dari ayah yang dijadikan role model, (3) homoseksualitas tidak disebabkan karena godaan yang diberikan oleh individu sesama jenis yang lebih tua, (4) orientasi seksual dibangun sevelum masa remaja, (5) sebagai remaja, homoseksual mempunyai pengalaman yang sama banyaknya dengan heteroseksual namun mereka tidak menemukan bahwa hubungan heteroseksual sebagai hubungan yang memuaskan.
e. Interactional Theory
Daryl Bem (1996, dalam Miracle, Miracle & Baumeister, 2003) mengajukan teori untuk menjelaskan perkembangan dimana faktor biologis mungkin mempunyai peran terhadap orientasi seksual tertentu. Variabel biologis berinteraksi dengan faktor sosial dan pengalaman yang memengaruhi orientasi seksual seseorang.
a. Teori Freudian
Freud (1915, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003), percaya bahwa pengalaman masa kecil, terutama hubungan dengan orang tua adalah penting dalam pembentukan orientasi seksual. Anak laki-laki yang memiliki hubungan yang buruk dengan ayahnya dan terlalu dekat dengan ibunya, akan terpaku pada perkembangan homoseksual.
b. Teori Homo-Seductive Mother
Irving Bieber (1962; 1976, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003) menyatakan bahwa dirinya menemukan pola antara laki-laki gay dimana mereka mempunyai ibu yang dominan, overprotektif, menggoda, dan mengendalikan mereka serta ayah yang pasif, jauh, berjarak, dan tidak menunjukkan kasih sayang. Anak laki-laki menjadi terlalu dekat dengan ibunya dan berjarak dengan ayahnya. Karena itulah, anak laki-laki tersebut tidak tertarik pada pekerjaan dan aktivitas yang bersifat maskulin dan menolak usaha untuk mengikutsertakannya dalam kegiatan ayah dan anak (Pillard, 1990; Pillard & Weinrich, 1986, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003).
c. Learning Theory
Teori ini menekankan pada adanya penguatan dalam perilaku seksual di masa awal dalam menentukan orientasi seksual, dimana individu cenderung mengulangi kegiatan yang menyenangkan dan menghindari kegiatan yang menyakitkan. Jika individu mempunyai pengalaman sesama jenis dan hal tersebut dirasa menyenangkan, individu tersebut mempunyai kemungkinan untuk mengembangkan orientasi seksual homoseksual (Gagnon & Simon, 1973, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003).
d. Sociological Theory
Penelitian Bell, Weinberg dan Hammersmith (1981, dalam Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003) mengemukakan teori bahwa homoseksualitas muncul karena langkanya atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan terkait pengalaman heteroseksual. Bell, Weinberg dan Hammersmith menyimpulkan bahwa: (1) homoseksualitas pada laki-laki bukanlah hasil pembelajaran dari ibu yang dominan dan ayah yang lemah, (2) homoseksualitas pada wanita bukan hasil dari ayah yang dijadikan role model, (3) homoseksualitas tidak disebabkan karena godaan yang diberikan oleh individu sesama jenis yang lebih tua, (4) orientasi seksual dibangun sevelum masa remaja, (5) sebagai remaja, homoseksual mempunyai pengalaman yang sama banyaknya dengan heteroseksual namun mereka tidak menemukan bahwa hubungan heteroseksual sebagai hubungan yang memuaskan.
e. Interactional Theory
Daryl Bem (1996, dalam Miracle, Miracle & Baumeister, 2003) mengajukan teori untuk menjelaskan perkembangan dimana faktor biologis mungkin mempunyai peran terhadap orientasi seksual tertentu. Variabel biologis berinteraksi dengan faktor sosial dan pengalaman yang memengaruhi orientasi seksual seseorang.