Begini Non. Ketika definisi laki-laki sejati itu dipersempit sebagai mereka yang tidak boleh emosional, harus bersikap agresif, dan "kuat", laki-laki menjadi direduksi dari potensinya dalam mengekspresikan sifat-sifat lain yang dianggap tidak "laki-laki". Mereka diberikan ekspektasi-ekspektasi seperti memiliki keharusan untuk menjamin keamanan finansial keluarga, tidak boleh lemah. Dijauhkan dari ranah domestik, membuat mereka kelabakan mengurus dirinya sendiri, karena dianggap itu "bukan ranahnya", "tugas perempuan", etc. Ini menjadi racun karena seperti perempuan, laki-laki dibatasi dalam memilih bagaimana ia ingin mengembangkan dirinya. Ada ranah-ranah dan sifat-sifat yang harus dia miliki dan tidak boleh ia miliki.

---

The bottomline is: let them choose who they want them to be. Laki-laki atau perempuan, seharusnya mereka dapat mengekspresikan dirinya dan memiliki kesempatan yang sama dalam mengeksplor bakat dan keahlian yang mereka inginkan. Nilai "cowok harus maskulin" dan "cewek harus feminin" nggak membantu tercapainya hal tersebut. That's why it's bad :) jika laki-laki itu maskulin, seharusnya itu karena mereka memang ingin memiliki sifat-sifat tersebut, bukan karena "terpaksa" untuk memiliki sifat-sifat tersebut.

---

Hope it helps, Anon.