Diantara teman/sahabat saat SD,SMP,SMA&Kuliah , kamu lebih dekat dengan sahabat yang mana?
SMA. waktu itu sudah pernah gue bahas sih, tapi sudah gue delete belum ya...
pas SD ada teman dekat, tapi bukan sahabat juga. masa-masa SD gue bisa dibilang masa paling ngawang gue.
ga jelas arahnya. so yeah, no.
pas SMP ada sahabat, tapi sekarang pada overseas dan kita semua susah nyari meeting-up pointnya karena sudah terlalu sibuk. huhu.
sahabat pas SMA paling relatable sih, soalnya masih termasuk sering ketemu walau jarang (sering tapi jarang gimana tuh).
sebenernya gue baru fully grasped the concept of having "best friends" ketika gue mulai menjajaki tahun kedua gue di masa SMA. selama SD dan tahun pertama gue menjajak SMP gue mikirnya cuma sekedar, "teman emang gunanya apaan sih". entahlah, mindset gue dari dulu itu untuk tidak pernah percaya sama orang, siapapun orangnya, karena itu akan menyakiti hati sendiri. gue dengan sahabat SMA gue sama mindsetnya, "jangan pernah percaya sepenuhnya sama orang lain". sometimes kita ga selalu berbagi semua hal, we keep some things to ourselves, kita sama-sama tahu kalau satu orang sedang menyimpan sesuatu dari yang lainnya and vice versa, but we're okay with that. and you might think that it's upsetting, and it's true. it is. tapi gue pun melakukan hal yang sama, jadi ya kita sama-sama saling mengerti aja.
atau, mungkin ada yang membayangkan kalau konsep bersahabat baik itu buka-bukaan selebar-lebarnya tanpa ada boundary. that ain't wrong, too. it's good to know that some people out there can actually have faith in somebody else they know.
...and you know, setelah gue membaca apa yang gue sendiri tulis serta membandingkannya dengan konsep "persahabatan" yang dipahami oleh kebanyakan orang, gue juga jadi ga yakin apa sahabat gue sekarang ini bisa gue sebut sebagai sahabat. but, memiliki sahabat is like committing in a relationship, ain't it? you chose them, and if they chose you too, then you're practically already committed in becoming someone who will always be there for them in their tough times, bear with their ridiculously annoying antics, dan saling bertukar pikiran. ga ada bedanya kan, sama komitmen dalam berpacaran?
you know, it's complicated. everyone i consider as a best friend is just another part of my family whom i don't trust.
either way, i love them.
pas SD ada teman dekat, tapi bukan sahabat juga. masa-masa SD gue bisa dibilang masa paling ngawang gue.
ga jelas arahnya. so yeah, no.
pas SMP ada sahabat, tapi sekarang pada overseas dan kita semua susah nyari meeting-up pointnya karena sudah terlalu sibuk. huhu.
sahabat pas SMA paling relatable sih, soalnya masih termasuk sering ketemu walau jarang (sering tapi jarang gimana tuh).
sebenernya gue baru fully grasped the concept of having "best friends" ketika gue mulai menjajaki tahun kedua gue di masa SMA. selama SD dan tahun pertama gue menjajak SMP gue mikirnya cuma sekedar, "teman emang gunanya apaan sih". entahlah, mindset gue dari dulu itu untuk tidak pernah percaya sama orang, siapapun orangnya, karena itu akan menyakiti hati sendiri. gue dengan sahabat SMA gue sama mindsetnya, "jangan pernah percaya sepenuhnya sama orang lain". sometimes kita ga selalu berbagi semua hal, we keep some things to ourselves, kita sama-sama tahu kalau satu orang sedang menyimpan sesuatu dari yang lainnya and vice versa, but we're okay with that. and you might think that it's upsetting, and it's true. it is. tapi gue pun melakukan hal yang sama, jadi ya kita sama-sama saling mengerti aja.
atau, mungkin ada yang membayangkan kalau konsep bersahabat baik itu buka-bukaan selebar-lebarnya tanpa ada boundary. that ain't wrong, too. it's good to know that some people out there can actually have faith in somebody else they know.
...and you know, setelah gue membaca apa yang gue sendiri tulis serta membandingkannya dengan konsep "persahabatan" yang dipahami oleh kebanyakan orang, gue juga jadi ga yakin apa sahabat gue sekarang ini bisa gue sebut sebagai sahabat. but, memiliki sahabat is like committing in a relationship, ain't it? you chose them, and if they chose you too, then you're practically already committed in becoming someone who will always be there for them in their tough times, bear with their ridiculously annoying antics, dan saling bertukar pikiran. ga ada bedanya kan, sama komitmen dalam berpacaran?
you know, it's complicated. everyone i consider as a best friend is just another part of my family whom i don't trust.
either way, i love them.