Bagaimana pendapatmu tentang prostitusi online ? Bagaimana solusinya ? Apakah lebih baik dilegalkan (dibuat lokalisasi khusus ? Atau tidak dilegalkan ? (Btw, banyak hal baru yg kupelajari dari membaca answer2mu. Cukup mencerahkan. Go ahead min)
Hai! masalah prostitusi adalah masalah perspektif, jadi akan pastinya akan selalu ada pro dan kontra dalam menentukan hal tersebut baik atau buruk, sampai saat ini juga belum ada konsensus terkait solusi terbaik karena di negara dimana prostitusi diklasifikasikan sebagai sesuatu yang ilegal pun prostitusi tetap ada (seperti afganishtan dan arab saudi seperti yang dirilis oleh wikileaks).
Secara struktural fungsional, sesuatu tidak akan hadir tanpa memiliki fungsi Dalam perspektif ini, prostitusi hadir karena memiliki fungsi: Pemenuhan nafsu biologis, rekreasi, mata pencaharian dan sebagainya.
Tapi dalam perspektif konflik, prostitusi malah akan menimbulkan ketimpangan. relasi kuasa antara pekerja seks dengan germo misalnya, timpang. Begitu pula relasi pekerja seks dengan pengguna jasa, timpang. Pekerja seks ibarat buruh yang mengalami diskriminasi berlapis-lapis: oleh negara, oleh pasar, dan bahkan oleh masyarakat.
Lalu apa solusinya? membuat prostitusi ilegal tidak akan melenyapkan prostitusi, melegalkan prostitusi dan mebuat lokalisasi khusus juga dapat menimbulkan permasalahan baru, sentralisasi pasti menyebabkan adanya raja-raja lokal yang memiliki kuasa penuh terhadap lokalisasi, belum lagi kalau dibutuhkan sertifikasi, bayangkan berapa banyak uang yang bisa diraup dari membisniskan sertifikasi pekerja seks ""legal". belum lagi beberapa jurnal internasional yang mengaitkan hubungan antara human trafficking dan legalnya prostitusi. Disinilah garis antara legal ilegal, solutif dan tidak solutif, benar dan salah dimainkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan, ya, politik.
Tapi kita bisa coba menengok model di Swedia. Berangkat dari perspektif konflik bahwa perempuan merupakan korban relasi kuasa, swedia melegalkan penjualan jasa prostitusi, namun mempidanakan pembelian jasa prostitusi. respon terhadap kebijakan ini juga beragam, ada yang bilang jumlah pekerja seks menurun, ada yang bilang tidak ada perubahan. Namun model inilah yang dipercaya paling efektif oleh negara-negara di eropa.
Lalu prostitusi online, ya, menurut Castell dalam bukunya the rise of network society (1996) kurang lebih sudah membahas tentang masa depan yang sangat tergantung dengan teknologi informasi. Lagi-lagi hal ini menjadi tantangan dalam melakukan regulasi.
Terus solusinya dimana? kalau menurut admin sih semua orang mencari kesejahteraan, jaminan sosial, alokasi pajak, serta pendidikan merupakan solusi terbaik. Jangan terjebak di perdebatan legal ilegalnya prostitusi tapi kita melupakan subjek utama dari prostitusi tersebut: manusianya.
Secara struktural fungsional, sesuatu tidak akan hadir tanpa memiliki fungsi Dalam perspektif ini, prostitusi hadir karena memiliki fungsi: Pemenuhan nafsu biologis, rekreasi, mata pencaharian dan sebagainya.
Tapi dalam perspektif konflik, prostitusi malah akan menimbulkan ketimpangan. relasi kuasa antara pekerja seks dengan germo misalnya, timpang. Begitu pula relasi pekerja seks dengan pengguna jasa, timpang. Pekerja seks ibarat buruh yang mengalami diskriminasi berlapis-lapis: oleh negara, oleh pasar, dan bahkan oleh masyarakat.
Lalu apa solusinya? membuat prostitusi ilegal tidak akan melenyapkan prostitusi, melegalkan prostitusi dan mebuat lokalisasi khusus juga dapat menimbulkan permasalahan baru, sentralisasi pasti menyebabkan adanya raja-raja lokal yang memiliki kuasa penuh terhadap lokalisasi, belum lagi kalau dibutuhkan sertifikasi, bayangkan berapa banyak uang yang bisa diraup dari membisniskan sertifikasi pekerja seks ""legal". belum lagi beberapa jurnal internasional yang mengaitkan hubungan antara human trafficking dan legalnya prostitusi. Disinilah garis antara legal ilegal, solutif dan tidak solutif, benar dan salah dimainkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan, ya, politik.
Tapi kita bisa coba menengok model di Swedia. Berangkat dari perspektif konflik bahwa perempuan merupakan korban relasi kuasa, swedia melegalkan penjualan jasa prostitusi, namun mempidanakan pembelian jasa prostitusi. respon terhadap kebijakan ini juga beragam, ada yang bilang jumlah pekerja seks menurun, ada yang bilang tidak ada perubahan. Namun model inilah yang dipercaya paling efektif oleh negara-negara di eropa.
Lalu prostitusi online, ya, menurut Castell dalam bukunya the rise of network society (1996) kurang lebih sudah membahas tentang masa depan yang sangat tergantung dengan teknologi informasi. Lagi-lagi hal ini menjadi tantangan dalam melakukan regulasi.
Terus solusinya dimana? kalau menurut admin sih semua orang mencari kesejahteraan, jaminan sosial, alokasi pajak, serta pendidikan merupakan solusi terbaik. Jangan terjebak di perdebatan legal ilegalnya prostitusi tapi kita melupakan subjek utama dari prostitusi tersebut: manusianya.