pacar suho dan wanita nakal waw kombinasi yg menarik
°3
Sore itu,kantek kelihatan ramai tapi rasanya sep buat Sora dan Rega yang duduk di meja paling pojok di kantek,depan warung mang jajang. Mang jajang yang udah biasa liat Sora dan Rega ngongkrong di situ langsung cabut beres-beresin stuff dia terus ngambilin piring kotor di meja sebelah Sora dan Rega.
"Neng Sora,kang Rega misi. Maafin mang ganggu,mang mau ambil piring disitu"
"Oh iya mang ambil aja mang. Butuh dibantuin gak?" 'Cih dasar sok baik' pikir Sora. Tapi emang Rega baik. Kalo lo belom kenal dia.
"Eh kang,gak usah. Mang bisa sendiri kok." Kata mang Jajang sambil ngambilin mangkok bakso punya dia terus berlalu ke dapur tempat dia jualan.
Sora terus menghisap rokoknya sambil menatap Rega"Masa depan lo? Maksudlo apaan sih Ga? Gue ga ngerti."
"Sora,you know that i..."
"Gak,gue gak tau dan gue gak mau tau. Cukup. Kalo lo cuma mau bilang dapet pesen dari Jean,oke makasih. Nanti gue bilang sama Jean kalo pesan dari dia udah sampe."
Sora membereskan barang-barangnya,merapihkan bajunya dan rambutnya yang sedikit berantakan. Menjedai rambutnya yang panjang sebahu. Dia beranjak dari kursinya tapi Rega menahan lengannya.
"Siapa yang mengizinkan lo pergi Audrei Soraya Dhympna?" Rega mengatakan itu sambil menatap mata sora Tajam. He knows it well when it comes to his eyes. No one brave enough to look at his eyes, termasuk Sora.
Iya Sora, dia takut sama tatapan Rega. Sampai kapanpun mungkin dia gak takut sama Ayahnya, atau Farick yang lebih bejat dari pembunuh bayaran. Dia cuma takut sama tatapan Rega.
Tatapan yang biasanya teduh, yang membuat Sora merasa terlindungi. Tapi gak dengan tatapan yang ini. Tatapan kemarahan,keegoisan,ketegasan, dan segala macam yang sebenernya sifat itu ada di diri Sora. Tapi dia takut kalau itu ada di mata Rega.
"Rega....."
"Gue gak bilang lo boleh pergi. Lo harus disini. Inget di.si.ni dan gak boleh kemana-mana" tangan rega menggenggam lengan Sora makin kuat dan Sora hanya terdiam terpaku. Tunduk pada Rega. Dia langsung duduk di tempat dia barusan dan diem.
"Gak ada yang boleh beranjak dari sini. Lo ataupun gue. Gue cuma mau lo jawab pertanyaan gue. Lo bisa berhenti atau enggak?" kata Rega tenangsambil melepskan genggamannya pada lengan Sora. Tapi nada itu,Sora sama sekali gak suka nada bicara Rega saat ini. Suara dia egois,sisi rega yang ini yang Sora gak pengen tau. Rega terlalu sempurna di mata seorang Sora. Terlalu putih. Dimana ada putih pasti ada bayangan hitam dibelakangnya kan?
Dan sekarang,Sora sedang berhadapan dengan bayangan hitam seorang Rega Harwiyodinata. Bandar Black Market paling ditakuti di Jakarta.
Sore itu,kantek kelihatan ramai tapi rasanya sep buat Sora dan Rega yang duduk di meja paling pojok di kantek,depan warung mang jajang. Mang jajang yang udah biasa liat Sora dan Rega ngongkrong di situ langsung cabut beres-beresin stuff dia terus ngambilin piring kotor di meja sebelah Sora dan Rega.
"Neng Sora,kang Rega misi. Maafin mang ganggu,mang mau ambil piring disitu"
"Oh iya mang ambil aja mang. Butuh dibantuin gak?" 'Cih dasar sok baik' pikir Sora. Tapi emang Rega baik. Kalo lo belom kenal dia.
"Eh kang,gak usah. Mang bisa sendiri kok." Kata mang Jajang sambil ngambilin mangkok bakso punya dia terus berlalu ke dapur tempat dia jualan.
Sora terus menghisap rokoknya sambil menatap Rega"Masa depan lo? Maksudlo apaan sih Ga? Gue ga ngerti."
"Sora,you know that i..."
"Gak,gue gak tau dan gue gak mau tau. Cukup. Kalo lo cuma mau bilang dapet pesen dari Jean,oke makasih. Nanti gue bilang sama Jean kalo pesan dari dia udah sampe."
Sora membereskan barang-barangnya,merapihkan bajunya dan rambutnya yang sedikit berantakan. Menjedai rambutnya yang panjang sebahu. Dia beranjak dari kursinya tapi Rega menahan lengannya.
"Siapa yang mengizinkan lo pergi Audrei Soraya Dhympna?" Rega mengatakan itu sambil menatap mata sora Tajam. He knows it well when it comes to his eyes. No one brave enough to look at his eyes, termasuk Sora.
Iya Sora, dia takut sama tatapan Rega. Sampai kapanpun mungkin dia gak takut sama Ayahnya, atau Farick yang lebih bejat dari pembunuh bayaran. Dia cuma takut sama tatapan Rega.
Tatapan yang biasanya teduh, yang membuat Sora merasa terlindungi. Tapi gak dengan tatapan yang ini. Tatapan kemarahan,keegoisan,ketegasan, dan segala macam yang sebenernya sifat itu ada di diri Sora. Tapi dia takut kalau itu ada di mata Rega.
"Rega....."
"Gue gak bilang lo boleh pergi. Lo harus disini. Inget di.si.ni dan gak boleh kemana-mana" tangan rega menggenggam lengan Sora makin kuat dan Sora hanya terdiam terpaku. Tunduk pada Rega. Dia langsung duduk di tempat dia barusan dan diem.
"Gak ada yang boleh beranjak dari sini. Lo ataupun gue. Gue cuma mau lo jawab pertanyaan gue. Lo bisa berhenti atau enggak?" kata Rega tenangsambil melepskan genggamannya pada lengan Sora. Tapi nada itu,Sora sama sekali gak suka nada bicara Rega saat ini. Suara dia egois,sisi rega yang ini yang Sora gak pengen tau. Rega terlalu sempurna di mata seorang Sora. Terlalu putih. Dimana ada putih pasti ada bayangan hitam dibelakangnya kan?
Dan sekarang,Sora sedang berhadapan dengan bayangan hitam seorang Rega Harwiyodinata. Bandar Black Market paling ditakuti di Jakarta.
Liked by:
nad
Farin
Yasmin Nuralvi Rizkiyah
jihan salsa
sorasarah