Daniel Dian

Kalap enggak pernah, sih. Kalau ngiler sering. Kayak beberapa minggu yang lalu saya ke Singapur dan mampir ke Kinokuniya di Ngee Ann City dan mau pingsan. Gimana enggak pingsan kalau di sana rak sains fiksi ada banyak banget. Semua buku pemenang Nebula dan Hugo Awards ada di sana sampai saya ngiler satu-satu. Huhuhu if I were a millionaire, I would buy them all.

---

Tapi emang enggak pernah kalap, sih, saya tahu kapan harus stop. Maksudnya kalau saya ada rezeki berlebih, saya akan mengizinkan diri buat beli buku agak mahal sendiri. Kalau misalnya ada buku yang saya pengin banget beli waktu itu juga, ya, biasanya saya kompensasi dengan mengurangi makan-makan cantik di kafe-kafe fancy. Dan saya juga biasanya kalau ke toko buku udah tahu mau beli buku apa dan kalaupun gak tahu mau beli buku apa udah netapin maksimum budget. Saya juga jarang nimbun buku juga karena dari kecil saya selalu diajarin baru boleh buku baru kalau bukunya udah kelar dibaca. Cuman ini aja semakin tua . makin bandel aja, Tumpukan saya mungkin masih ada 10 buku yang belum kebaca sampai sekarang heuheu.

View more

Kyakyakya di-ask Ais-senpai jadi malu.

---

Hai, jadi begini ceritanya. Seperti yang pernah kalian tahu, beberapa bulan yang lalu Spotify membuka lowongan buat jadi music editor di Indonesia. Waktu itu kan gue masih pengangguran desperate yang kehidupan sehari-hari cuman guling-guling tidak produktif, memutuskan untuk mencoba karena gue dikasih tahu Ais. Akhirnya gue secepat kilat merombak abis CV gue jadi agak lebih "sedikit kreatif" wkwk. Singkat cerita, akhirnya gue apply deh itu jadi music editor.

---

Gue tidak terlalu mengharap sih bakalan dipanggil karena saingannya seantero Nusantara. Dan kebetulan juga, gak lama setelah gue apply Spotify, gue keterima di perusahaan IT asal Singapura yang punya cabang di Bandung. Nah, kebetulan perusahaan gue ini suka menculik anak-anak Bandung buat dijadiin TKI di Singapura. Awal November gue ada Singapur sampai sebulan ke depan.

---

Tiba-tiba saja saat gue sedang pusing bikin proposal, muncullah email dari Spotify yang mengundang gue untuk interview via Hangout. Gue bilang enggak bisa karena gue lagi ada kerjaan dan gue bilang lagi di Singapura. Teteh Spotify-nya bilang, "Ya udah hayuk sok aja langsung ke kantor."

---

Gue jujur aja grogi banget waktu mau interview karena ini nggak disangka-sangka banget. Trus karena gue mendapat dukungan dari teman-teman, gue iseng aja nyoba dateng ke kantornya buat interview meski gue udah dapet kerja. Wkwk Spotify ini kantor Singapur-nya agak gak meyakinkan karena dia ada di Boat Quay yang isinya kayak rumah makan para ekspat kalo malem-malem. Kantor Spotify sendiri ada di atas rumah makan seafood dan lorong masuknya sempit wkwk. Gue kayak mikir ini perusahaan apa ya God help me.

---

Tapi begitu masuk, well, kantornya lucu sekali guys. Banyak monitor raksasa, ada jukebox raksasa (not jukebox sih lebih kayak semacam stand raksasa di situ ada iPad buat muterin lagu), kursi yang berwarna-warni. Terus ya udah gue interview di situ.

---

Gue kalo nervous saat interview, cenderung overexcited guys dan gue emang excited banget. Terus ya udah gue wawancara. Pertanyaannya standar sih, soal nyeritain pengalaman gue sewaktu jadi music director di 8EH, job description jadi music editor kayak gimana, gimana cara me-maintain playlist, etc. Semacam itu. Teteh Spotify-nya, Teteh Eve, enak banget diajak ngobrol. Terus ya udah interview-nya juga cuman bentar aja setengah jam.

---

Yah, meski gue enggak terlalu yakin, paling enggak gue nggak nyesel deh ambil kesempatan interview ini. Kayak ini pencapaian terbesar di hidup gue. Kayak gue bisa nyeritain ini ke anak cucu gue. Wkwk.

---

Bonus pap kantornya dari internet:

View more

Akhir-akhir ini baru beneran denger albumnya L'alphalpha, Von Stufe Zu Stufe ama When We Awake All Dreams Are Gone, trus menyesal karena baru beneran seriusin dengerin sekarang karena albumnya sangat bagus dan menyenangkan sekali.

---

Trus lagi suka denger lagu-lagu Indo lama kayak Audy - "Dibalas Dengan Dusta", "Janji Di Atas Ingkar", Ratu - "Dear Diary" bersama dengan teman-teman pengangguran @yacobwilfred dan @maherendra wkwk.

---

Kalo lagu barat, lagi suka dengerin:
1. Glass Animals - Lose Control (feat. Joey Bada$$)
https://www.youtube.com/watch?v=fVYK_La-GlQ&spfreload=10

---

2. Kurt Vile - Pretty Pimpin
https://www.youtube.com/watch?v=659pppwniXA

---

3. Destroyer - Times Square
https://www.youtube.com/watch?v=krpcRnxVCmA

---

4. Julia Holter - Feel You
https://www.youtube.com/watch?v=X2JgMniIpRM

---

5. The World Is A Beautiful Place & I Am No Longer Afraid To Die - I Can Be Afraid Of Anything
https://www.youtube.com/watch?v=6-wjAYRKW2c

View more

Silmi! Silmi silmi silmi silmi silmi.

---

Silmi ini anaknya sebenarnya lucu banget loh guys, cuman kalo kata Adit, lucunya harus dipicu dulu. Sentilan-sentilan komen Silmi cukup mengundang tawa. Terus Silmi juga anaknya hipster sekali, kayak kalau diliat dari penampilan luarnya yang terlihat seperti alim ulama, enggak ada orang yang menyangka kalau Silmi mendengarkan lagu-lagu yang gahar. Orang-orang mungkin mikir kalau Silmi paling dengernya Opick, Haddad Alwi, Maher Zain, seperti itu, eits, tapi jangan salah. Gue belum pernah ketemu orang yang bener-bener uptodate terhadap ranah perindiean tanah air. Update-nya bener-bener update.

---

Terus Silmi juga anaknya baik banget dan nurut, meski gue kadang tahu terkadang dalam hati ingin teriak dan berontak. Silmi juga ngasih aku kaus Sufjan Stevens karena tahu aku suka banget ama Sufjan Stevens wkwk. Belum tahu nih mau ngasih Silmi kado ultah apa trus gimana ngasihnya wkwk.

---

So, ini dia tiga lagu buat mendeskripsikan Silmi.

---

1. Barasuara - Bahas Bahasa
https://www.youtube.com/watch?v=eOQ7aFm6gpo
Ini lah ya musisi tanah air yang lagi ngehits banget hari ini untuk merepresentasikan kekinian Silmi di dalam ranah indie tanah air. Kebetulan juga Silmi ini yang mengurus pemutaran serentak lagu terbaru Barasuara hari ini di @radio8EH

---

2. Justin Bieber - Somebody To Love
https://www.youtube.com/watch?v=SOI4OF7iIr4
Silmi never ceases to surprise me. Waktu saya lagi stres bikin TA bersama kawan-kawan saya, saya memutarkan lagu-lagu Justin Bieber di masa-masa My World, just because. Tak disangka-sangka, Silmi tiba-tiba saja menyanyikan lirik Somebody To Love ketika bagian Bieber berbicara dengan cepat, "Step to the beat of my heart, I don't need a whole lot, But for you I admit I, I'd rather give you the world, Or we can share mine, I know I won't be the first one,giving you all this attention."

---

3. Sufjan Stevens - Casimir Pulaski Day
https://www.youtube.com/watch?v=9EzeW5KoPUI
Not only because Silmi gave me a Sufjan Stevens shirt, but "Casimir Pulaski Day" is also a song that really suits Silmi. It may be a sad song, but it also a song that describes an uncertainty when you start to question about everything you've held before. "Casimir Pulaski Day" is also filled with hope and answer, and making it a complex and comprehensive song (loh kok malah bikin review). I mean, whatever it is that you're asking, I'm sure you will find the answer, gurl.

View more

Saya bener-bener menyayangkan IP TPB yang kecil, sih, karena banyak orang yang bilang kalau TPB itu waktu menabung IP karena kuliahnya masih kuliah-kuliah cantik. But, don't worry, girl/boy, you still got a long way to go!

---

Tingkat kedua elektro bakalan bener-bener mengejutkan buat kamu. Mata kuliah yang jauh lebih ekstrem susahnya, praktikum yang berat, tugas yang susah. Saya sendiri dulu bener-bener kaget waktu masuk semester tiga. Waktu tingkat pertama, saya cuman belajar beberapa jam sebelum ujian, IP masih 3,5 ke atas. Saya dulu tingkat dua anaknya malas, dan juga mengaplikasikan sistem belajar yang sama, IP saya langsung 2,5. Beneran. Dua semester tingkat dua saya IP-nya di bawah tiga.

---

Padahal, setelah saya pikir-pikir, mata kuliah tingkat dua itu gampang banget kalau kamu beneran belajar dan ngerti. Serius. Setelah saya di tingkat tiga, yang mata kuliahnya jauh lebih susah, saya jadi mikir kalau saya dulu di tingkat dua lebih rajin belajar, nilai saya bakalan lebih bagus.

---

Dulu, keselnya lagi, saya anaknya sombong. Gak pernah belajar sama anak-anak elektro yang lain. Gurl, you can't survive this hell with your own effort. Beneran. Mata kuliah elektro bukan tipe kuliah yang bisa dipahami dengan belajar sendiri. Kamu mesti belajar bareng sama temen. Jangan rendah diri, jangan minder, kalau kamu enggak ngerti sama materinya, langsung ajak temen kamu buat belajar.

---

Untung kamu udah bisa mengatasi masalah kosan dan homesick. Kosan kondusif emang penting, sih, makanya saya emang nyari kosan yang bener-bener sepi dan enak. Homesick sebenernya bisa diatasi dengan sibuk, ya di himpunan kek, atau di unit kok, atau di organisasi kek. Paling enggak, pikiran homesick kamu bakalan teralihkan ke hal yang lain. Kalo kamu jarang-jarang ke unit, baliklah ke sana. Pulang. Mudiklah ke unit. Yang enak dari unit adalah enggak peduli berapa lama kamu pergi, unit akan selalu menerimamu dengan senang hati ketika kamu pulang. Mungkin beda sama himpunan yang bikin kamu sungkan kalau kamu ngilang terus tiba-tiba balik lagi. Unit bakalan nerima kamu dengan ceria. Saya sendiri juga ngerasain kok.

---

Good luck di elektro. Kalau saya bisa survive, kamu juga pasti bisa survive. If you need any help, you can always come to me.

---

(wkwk yaelah siape gue)

View more

Hello, I just got the time to answer your questions. Wkwkwk padahal pengangguran

---

#nangis

---

Hmmm... waktu SMA, saya udah bertekad dan gigih untuk masuk ITB, dan meskipun saya enggak masuk fakultas yang saya inginkan, masuk ITB aja udah puji syukur alhamdullilah #praiselord #highpraise. Lagi pula, waktu saya masuk, uang gedungnya cukup lumayan gede walau dapat subsidi 50 persen, tapi tetep aja gede. Saya inget banget waktu itu saya sedih karena mesti bayar uang segede itu walau orang tua saya bilang udah ada duitnya. Makanya tetep aja gak tega mesti ngeluarin uang sebanyak itu buat kuliah. Belum lagi entar biaya kos dll.

---

Makanya itu, meski saya masuk di fakultas dan jurusan yang tidak saya inginkan, motivasi saya sebenernya cuman buat ngebahagiain orang tua aja. Biar duitnya enggak dihambur-hamburin untuk kesia-siaan. Duit orang tua saya bisa dipake buat urusan lain, seperti beli sawah misalnya wkwk (which is happening right now, I tell you). Makanya itu, bisa lulus dari sini tepat waktu dan nilai yang... yah... lumayan, lah (wkwkwk walau hanya butiran debu di jurusan) jadi benar-benar penting buat saya karena ini paling enggak sedikit dari hal yang bisa saya kembalikan ke orang tua saya.

---

But, trust me. Mengingat keluarga yang udah berusaha dan berkorban banyak agar kamu bisa kuliah itu motivasi yang selalu berhasil. Bahkan mungkin motivasi dari motivator-motivator, kayak 7 habits lalal, itu kalah. Motivasi yang sama itu juga yang bikin saya lebih semangat belajar waktu IP saya turun.

View more