Mana yang lebih sulit: hubungan beda agama atau hubungan beda etnis?
berdasarkan kasus klien-klien yang saya terima selama ini, saya lihat sulitnya cenderung sama.. walau bobot kompleksitasnya agak lebih tinggi pada kasus perbedaan etnis.
makin ke sini saya makin banyak menemui orang-orang yang bisa secure dan dewasa meresponi perbedaan religi. mereka yang menjalani hubungan beda religi cenderung sudah terbayang apa kesulitannya, sehingga mereka bisa proaktif mengantisipasi masalah dan mengatasinya. perbedaan religi terkotakkan pada satu area saja (yaitu area iman), jadi lebih mudah dihadapi dan diatasi.
saya JARANG banget menemukan dating/married couples dengan perbedaan religi yang berkata, "Kita jadi ngalamin problem/konflik/ketidakharmonisan begini gara-gara agama/keyakinan/tuhan/kitabsuci kita beda." orang-orang yang pacaran/menikah dengan pasangan beda agama jarang sekali menuding kesulitan mereka disebabkan perbedaan itu. sebaliknya, saya SERING banget menghadapi couples dengan perbedaan etnisitas yang merasa masalah mereka dikarenakan beda pola budaya.
dugaan saya, orang-orang yang berani jalani hubungan seperti itu biasanya memang sudah lebih tercerahkan, menyadari bahwa tujuan religi mereka masing-masing esensinya sama, cuma beda gaya/istilah. jadi kalau ada perbedaan, ya mereka mudah menerima.. bukannya memaksakan menyatu.
namun tidak begitu dengan hubungan beda etnis yang mencakup perbedaan sangat luas: mulai dari filosofi, gaya hidup, kepribadian, kebiasaan, tata cara, sistem kekerabatan, pengelolaan keuangan, pola asuh anak, pola keluarga, dan berbagai sektor budaya lainnya. kita cenderung underestimate efek gesekannya (yang baru terasa banget setelah lama pacaran/merit) dan overestimate kemampuan kita untuk mengatasi masalah yang timbul gara-gara hal itu.
pada hubungan beda religi, jika ada penentangan, selalu ada opsi ubah religi (atau setidaknya ubah tingkat keimanan yang bersangkutan). namun hubungan beda etnis tidak selentur itu: jika ada penentangan, seseorang tidak bisa mengubah etnisitasnya, karena itu berarti mengubah segala sesuatu tentang dirinya, baik psikologis maupun fisiologis. tidak mungkin dilakukan..
gesekan akibat beda agama pun biasanya hanya terjadi di ring 1 (pasangan yang terlibat), sementara gesekan akibat beda etnis juga akan terjadi di ring 2 (keluarga inti masing-masing) dan ring 3 (keluarga besar masing-masing) yang kita tahu selalu memperkeruh suasana..
"Jadi bisakah hubungan yang beda religi dan/atau etnis berjalan langgeng harmonis?" mungkin itu pertanyaan kamu. jawaban saya bisa banget lah..
"Apakah berat jalaninnya, Lex?" hmmm, tergantung sih.. tergantung dari SEBERAPA SECURE DAN CERDAS kedua orang yang menjalani itu. semakin ga begitu, ya semakin berat..
"Secure itu apaan? Cerdas yang bagaimana maksudnya? Tolong jelaskan dengan contoh-contoh!" aaah, kalau kamu masih perlu bertanya begitu, sudahlah.. hubungan beda religi/etnis sepertinya bukan untuk kamu. ?
makin ke sini saya makin banyak menemui orang-orang yang bisa secure dan dewasa meresponi perbedaan religi. mereka yang menjalani hubungan beda religi cenderung sudah terbayang apa kesulitannya, sehingga mereka bisa proaktif mengantisipasi masalah dan mengatasinya. perbedaan religi terkotakkan pada satu area saja (yaitu area iman), jadi lebih mudah dihadapi dan diatasi.
saya JARANG banget menemukan dating/married couples dengan perbedaan religi yang berkata, "Kita jadi ngalamin problem/konflik/ketidakharmonisan begini gara-gara agama/keyakinan/tuhan/kitabsuci kita beda." orang-orang yang pacaran/menikah dengan pasangan beda agama jarang sekali menuding kesulitan mereka disebabkan perbedaan itu. sebaliknya, saya SERING banget menghadapi couples dengan perbedaan etnisitas yang merasa masalah mereka dikarenakan beda pola budaya.
dugaan saya, orang-orang yang berani jalani hubungan seperti itu biasanya memang sudah lebih tercerahkan, menyadari bahwa tujuan religi mereka masing-masing esensinya sama, cuma beda gaya/istilah. jadi kalau ada perbedaan, ya mereka mudah menerima.. bukannya memaksakan menyatu.
namun tidak begitu dengan hubungan beda etnis yang mencakup perbedaan sangat luas: mulai dari filosofi, gaya hidup, kepribadian, kebiasaan, tata cara, sistem kekerabatan, pengelolaan keuangan, pola asuh anak, pola keluarga, dan berbagai sektor budaya lainnya. kita cenderung underestimate efek gesekannya (yang baru terasa banget setelah lama pacaran/merit) dan overestimate kemampuan kita untuk mengatasi masalah yang timbul gara-gara hal itu.
pada hubungan beda religi, jika ada penentangan, selalu ada opsi ubah religi (atau setidaknya ubah tingkat keimanan yang bersangkutan). namun hubungan beda etnis tidak selentur itu: jika ada penentangan, seseorang tidak bisa mengubah etnisitasnya, karena itu berarti mengubah segala sesuatu tentang dirinya, baik psikologis maupun fisiologis. tidak mungkin dilakukan..
gesekan akibat beda agama pun biasanya hanya terjadi di ring 1 (pasangan yang terlibat), sementara gesekan akibat beda etnis juga akan terjadi di ring 2 (keluarga inti masing-masing) dan ring 3 (keluarga besar masing-masing) yang kita tahu selalu memperkeruh suasana..
"Jadi bisakah hubungan yang beda religi dan/atau etnis berjalan langgeng harmonis?" mungkin itu pertanyaan kamu. jawaban saya bisa banget lah..
"Apakah berat jalaninnya, Lex?" hmmm, tergantung sih.. tergantung dari SEBERAPA SECURE DAN CERDAS kedua orang yang menjalani itu. semakin ga begitu, ya semakin berat..
"Secure itu apaan? Cerdas yang bagaimana maksudnya? Tolong jelaskan dengan contoh-contoh!" aaah, kalau kamu masih perlu bertanya begitu, sudahlah.. hubungan beda religi/etnis sepertinya bukan untuk kamu. ?