@aureliavizal

Aurelia Vizal

Ask @aureliavizal

Sort by:

LatestTop

Would you mind explaining? Berarti freedom of speech and expression mengakomodasi catcalling apa gimana?

Iya. Ya, emang esensi Freedom of Speech untuk melindungi pembicaraan seperti itu, Kalau semua orang bicara baik-baik doang, untuk apa ada FoS? Untuk apa seseorang melindungi hak-hakmu untuk bicara, “Hai, Bambang makin cantik aja ya”, “Iya, Bowo juga berprestasi banget”, ga akan ada aktivis FoS.
+1 answer in: “Aku mau nanya nih gimana sih persepsi kalian (khususnya perempuan) tentang street harassment ?”

Aku mau nanya nih gimana sih persepsi kalian (khususnya perempuan) tentang street harassment ?

Fokus ke catcall aja ya. Verbal itu bukan harassment ☺️ merugikan materi atau kekerasan fisik tanpa konsen baru harassment. Biasa ada yang timbal pakai kalimat, “lu digodain di jalanan juga nanti bilang kekerasan seksual”, hehe gue dari dulu bodo amat, namanya bunyi, masuk ke kuping gue, bisa juga masuk ke kuping kang bajaj di sebelah. Gue bodoamat dah. Bedain hak sama etika. Hak mereka mau ngomong apapun, tapi kadang ga sesuai etika. Meskipun kata-kata mereka kadang diluar nilai moral yang gua terapin di kehidupan sehari-hari, mau gue sekesel apapun di-catcall mereka, tapi gue bakal bela sampe mati hak mereka untuk berbicara. Omong kosong sekalipun. Period.
Gue kadang pengen nimpuk sahabat gua yang berinisial D beserta jajaran teman-teman perinstagraman lainnya yang bacot banget soal catcall. Bacot. Gue ulangin sekali lagi, bacot lo semua. Lagi dah, enak. Bacottttttt. Biasa ada cowo gemesin juga lu pada catcall bacotttttt. BACOT.
Lega juga bisa mengeluarkan kekesalan yang terpendam.

View more

+1 answer Read more

Related users

Pernah gk orang marah karena ternyata lu kalo ngmg kasar

Dulu gue nge-live di IG, gue lagi sama temen, otomatis karena kebiasaan dan mengumpat secara repetitif memang enak plus satisfying, setiap kalimat gua akhiri dengan kata “anjing”.
Langsung ada orang yang balas, “Pinter tp ngomongnya kasar, langsung ga respek”.
Dih. Ya, masa gua sama temen gua bahas Praksiologi pake bahasa gua ngisi seminar sambil ngemut kulit ayam KFC. Gua udah ada segmen-segmen sendiri di kepala gua. Oh. Bahasa A buat seminar, B buat temen nongkrong, C buat temen yang b aja, D buat keluarga, E buat orang penting, F bahasa Indo-Eropa langka yang hampir punah, G sumpah serapah karena inilah hakikat bahasa yang sesungguhnya.

Ngeblok org boleh ga? :v

Gue anggep akun gue di Instagram, Twitter, Ask.fm, dll sebagai properti pribadi gue. Berarti itu hak gue, daerah otonomi gue dan gue punya otoritas buat bilang, “Heh, lo yang namanya Rafathar, gue ga mau ada lo ye di properti gua”, ya sudah.
Selesai.
Tamat.
End of story.
Si Rafathar sama keripik makbapaknya ga boleh masuk ke properti gua, karena itu lapak gua. I’m the rightful owner. Kalau dia tetep maksa nerobos masuk ke properti gua, entah dengan nge-hack gua whatsoever, berarti dia udah melakukan agresi terhadap gua.
Lalu gue berusaha menahan diri untuk ga nonjok dia tanpa consent. Disinilah peran polisi dan pengadilan dibutuhkan. Sisanya, gua ga butuh banyak orang ikut campur dalam kehidupan pribadi dan apapun yang terjadi dalam properti gua (termasuk tubuhQ). Karena males ribet sama ketentuan laporan yang kebanyakan ABCD, gua tahan-tahan aja kan sama kelakuan si Rafathar. Mostly karena gua takut di-sue makbapaknya karena terakhir gua liat aja dompet gua beli di Miniso cash tinggal 20rebu lecek. Gua kaga punya usaha keripuk kek si Raffi.
Ya udah gitu aja.

View more

Lu kesel ga sih ada orang ngerokok di mall, menurut lu boleh ga?

Biasa saja. Kalau pemilik properti mengizinkan untuk merokok ya sudah, kita sebagai pengunjung masih punya banyak pilihan mall dan atas consent kita sendiri bisa memilih untuk datang ke mall yang memperbolehkan rokok atau tidak. Pemilik properti pasti punya pertimbangan untuk menaikkan market share mereka seluas yang mereka mampu, jadi mungkin ada lebih banyak private property yang memperbolehkan rokok daripada yang tidak.

Apakah seseorang yg kaya membelikanmu hadiah/memberikanmu uang, valid disebut kebaikan?

Tergantung gimana cara kamu mengukur value-nya.
Morally speaking, dilihat dari Deontologi, dia baik. Aksinya. Karena menurut moral yang sedang berlaku di masyarakat, memberi adalah hal yang baik.
Lalu secara Virtue Ethics, dilihat dari si orang kaya itu, dia adalah orang yang berkarakter, jujur, dermawan, loyal, adil, tidak mengharapkan imbalan, maka menurut Aristoteles, ia baik.
Konsekuensialis, (inc Utilitarianis) ternyata uang yang ia beri tidak lain hanyalah bentuk suapan untuk mempermudah proses pembuatan SIM untuk anaknya. Konsekuensinya, saya ketahuan dan saya dipecat. Maka hal itu tidak bermoral menurut Konsekuensialisme.
Dalam Liberal Ethics, ia memperlakukan sesamanya dengan sangat baik. Termasuk membagi-bagikan uang. Baiklah. Dia baik.

Apakah kamu masih mau menerima hadiah ulangtahun, padahal ulangtahunmu sudah terlewat beberapa hari ? Apakah oke jika kado itu tidak mahal ?

Iya donggg ?
Liked by: ruiza

kamu suka parfum ya?

Aku suka wewangian. Suka aroma. Karena dibandingkan yang lain, indra penciumanku yang bisa membuatku mengingat sesuatu, atau berimajinasi akan sesuatu dengan lebih riil dan akurat. Kadang ada aroma kayu sewaktu aku TK di TK Bahagia, Sunter tercium, memori waktu TK yang tadinya aku lupakan, mendadak datang dalam bentuk potongan singkat. Maka itu, aku suka sekali menghirup wewangian! Aku penasaran deh dengan parfum Kim Kardashian yang KKW BODY III, base-nya ituloh wewangian favoritku semua.

Rel, pemerkosaan itu kan ketika berhubungan seksual tanpa adanya persetujuan dari pihak lainnya. Gimana kalo misal, 2 pihak sudah setuju untuk berhubungan, namun ditengah jalan, salah satu pihak meminta berhenti, tp satu pihak lainnya ttp memaksa, apakah juga termasuk pemerkosaan?

Iya dong. Kamu sudah menegaskan hal tsb dari awal, berarti salah satu pihak tidak memberikan consent dong.

Di umur berapakah kamu mulai percaya bahwa sinterklas (atau peri gigi) itu tidak ada?

MikaelHS’s Profile PhotoEl
Dari kecil aku memang tidak punya pegangan fantasi atau mitologi, nor dongeng-dongeng lain.
Dari kecil aku percaya entitas yang lebih tinggi, tapi tidak pernah secara spesifik ke satu figur yang dijelaskan di agama.
Dari kecil, aku tahu Sinterklas, Leprechaun, peri gigi, unicorn dan yang lainnya hanyalah bagian dari kisah dongeng. Aku tidak pernah menganggap mereka nyata barang sekalipun.
Dari kecil, aku selalu skeptis terhadap hampir segala hal. Jadi aku tidak pernah memiliki sesuatu yang ku percayai dan dijadikan landasan hidup termasuk moral dan tindakanku dalam kehidupan sehari-hari.
Waktu SD sempat ada beberapa masa dimana aku suka sekali mitologi Mesir dan Yunani. Bahkan dulu aku bisa menyebutkan silsilah dari Ra, Atum, Amun, Mut. Juga dari Uranus + Gaia. Apakah aku pernah menganggap mereka nyata? Tidak.
Satu-satunya yang ku percaya dalam waktu yang lama dan kuat adalah alien. I still believe they exist sampai sekarang.
So, being a nonbeliever isn't a big deal for me karena dari dulu ya gitu-gitu aja...

View more

Aurel, aku banyak baca tulisanmu di instagram niskalabumi. Aku bener-bener suka yang captionnya pillow talk, yang hilang (mungkin tak berganti), sama yang rusuk adam untuk hawa. Aku pengin nulis yang kayak gitu tapi nggak bisa? Ditunggu tulisanmu yang lain!

dewaayu27’s Profile PhotoDewa Ayu
Thank you sayang ♡

Jadi kemarin aku habis menjawab pertanyaan di askfm tentang "No List" dari seorang cowok. Aku juga menanyakan hal itu ke @PalakieNevermore dan skrg ingin tahu apa sih "No List" nya Aurelia Vizal tentang cowok secara umum? Karna kita udah sering bgt kalo ditanya ttg kriteria laki2 yg disuka.

1. Tidak pintar, cerdas, kritis. You name it.
-Major turn off aku adalah jika si pria adalah sosok yang bodoh, kolot. Aku benar-benar tidak suka orang dua dimensional. Aku ingin pasanganku nanti adalah orang yang selalu sibuk di kepalanya, dan banyak hal yang terjadi di dalamnya. Apalagi pria yang pembicaraan level maksimumnya hanya membahas soal dunia persetanan. Hu. Mundur teratur. Aku suka sekali bertukar pikiran dan terkagum-kagum tentang isi kepala seseorang.
2. Tidak bisa menyamai alur pembicaraanku.
-Aku selalu membicarakan segala hal jika aku sudah terlanjur antusias dengan menggebu-gebu. Pembicaraanku bertempo cepat dan berpindah topik dalam 1 menit, mungkin karena terbiasa brainstorming dalam memikirkan apapun. Jika si pria tidak bisa mengikuti atau terlihat tidak antusias, ya sudah deh.. Masalahnya, aku dan obrolanku adalah hal yang paling krusial. Aku senang sekali didengar dan ditanggapi.
3. Socially awkward. Sulit bergaul.
-Sejauh ini, aku suka dengan sosok yang pendiam. Intinya, yang tidak sebawel diriku. Bicara dalam taraf normal, intensitas normal untuk meredakan cakapku yang lumayan banyak. Tapi, pria yang socially awkward is a big no no for me, apalagi yang sendirian dan tidak punya teman. Menurutku, itu menjadi salah satu faktor penentu dari bagaimana aku menilai si pria, sih. Mungkin dia tidak asik diajak berbicara, mantan cepu di kelas, aneh (in a bad way), tempramen, tidak bisa diajak bercanda, baperan. Mungkin.
4. Cara pandang tentang relationship.
- Aku tidak mau dia melihat hubungan ini sebagai suatu reduksi untuk hak privat dan ruang privatku, dibagi dua menjadi milik dia juga. Dimana dia ikut membuat keputusan secara sepihak, mengintervensi ruang privatku terlalu banyak dengan dalil "We are couple!". Ya. So what. Kita hanya dua individu jadi satu, bukannya satu individu dibelah jadi dua untuk dijadikan satu lalu bisa seenaknya satu pihak merasa memiliki otoritas.

View more

Gimana sih pandangan kamu soal ganja? Lalu Jika ada kemungkinan ganja di legalkan dan tinggal membuat regulasi, menurur Aurelia Vizal faktor apa yang bakal menghambat pembentukan regulasinya?

mrdwiana’s Profile PhotoAwann
Kartel-kartel tentunya, harga komoditinya turun tanpa adanya restriksi dari pemerintah. Kalau legal, pemerintah bisa ikut mengatut penjualan, sekuriti, dll.

Next

Language: English