Mau beli sepatu apa juga, ujung-ujungnya saya pakai crocs KW.
Kalau misalnya seseorang dari kota yg berbeda nyatain perasaannya ke kita, bakalan nerima gak? Klo nolak wajar lah ya. Tp klo nerima knp? bakalansanggupldr?
Saya cuma gak sanggup nerima kalau ternyata dia kaum bumi datar.
Rasa takut itu ada supaya kita bisa survive. Kalau kamu gak takut saat berhadapan dengan harimau, ya mati kamu diterkam. Tapi, ada rasa takut yang bisa ngerepotin hidup kamu sendiri kalau gak dikelola dengan baik. Takut sama jarum suntik, misalnya. Kamu gimana mau divaksin kalau takut? Gimana mau operasi kalau gak mau disuntik bius?Ini juga yang saya keluhkan dari orang-orang yang kelewat takut setan. Mereka bikin repot dirinya sendiri dan kadang ngerepotin saya juga. Gak mau ke toilet sendiri lah, gak mau ngelewatin gang depan rumah saya yang gelap itu gara-gara ada keranda mayat lah (soalnya, di depannya ada musala). Ujung-ujungnya minta saya temenin, padahal saya sendiri punya urusan.
https://ask.fm/diahayulhs/answers/155347384011 kalau saya psikolog saya enggak akan anggap bipolar depresi etc itu keren. Mana ada doktor yang bilang tumor otak itu keren ._; I can't understand people these days
Tanpa jadi psikolog pun seharusnya kita tahu bahwa nggak ada yang keren dari bipolar, depresi, anxiety, dan kawan-kawannya.Terima kasih untuk film-film, sinetron, para vlogger, dan novel teenlit picisan yang menggambarkan mental illness sebagai suatu keunikan; gara-gara kalian (ditambah "kepolosan" orang-orang), sekarang makin banyak orang yang lebih pilih mendiagnosis dirinya sendiri ketimbang pergi ke psikolog betulan. Oh tentu, self-diagnosis lebih mudah, lebih cepat, lebih murah, dan kamu akan dengan mudah memperoleh validasi hanya lewat update IG story bertuliskan, "Saya mau mati aja."Sementara itu, banyak orang yang betul-betul terdiagnosis secara klinis bergumul dengan diri mereka sendiri untuk bertahan hidup. Mereka nggak minta punya depresi, mereka nggak pengin punya level serotonin yang abnormal, mereka gak berharap diekspos, dan mereka cuma ingin hidup bahagia. Inilah kenapa saya benci banget orang-orang yang self-diagnosis, pamer dan bangga pula. Kalau mau punya penyakit keren, jangan tanggung-tanggung. Jangan cuma insomnia dan depresi. Sana, sekalian suntik virus hepatitis B ke diri sendiri atau tempelin tanganmu ke kulit pasien kudis. Atau, gak usah jauh-jauh. Sini, saya bakal dengan senang hati memberi kalian biduran biar kalian gatal-gatal setiap malam. Keren, kan?
Yang c, saya enggak lagi sakit cuma iseng pengen tau aja 😄. Pilihan lainnya cuma make sense kalau itu menggangu saya
Iseng pengin tahu, terus orang di ASKfm bilang gini, "Mood kamu berubah-ubah? Wah, bipolar itu!" Kemudian, kamu akan menyematkan sebutan keren itu dalam diri kamu. Jadilah, self diagnosis.
Nah, kira-kira jawabannya apa? Saya kasih opsi: a. Menebak-nebak dan diagnosis sendiri b. Update di IG story c. Tanya ke orang di ASKfm d. Pakai symptom checker WebMD e. Konsultasi dengan psikolog atau psikiater
Have you ever felt that your mood changes rapidly in a day? Is that a bipolar?
Menyamakan sedih dengan depresi rasa gugup dengan gangguan kecemasan perubahan sudut pandang dengan gangguan kepribadian ganda emosional dengan gangguan kepribadian ambang perubahan mood dengan bipolar itu kayak menyamakan kutil dengan tumor otak.
Apakah menyembah Tuhan yang salah itu sebuah kejahatan sehingga pantas masuk neraka? Jika ya, bagaimana jika setelah kamu mati ternyata Tuhan agama lain lah yang benar, maka apakah kamu mau mengakui sebagai orang jahat?
wdyt ttg org yang ngejalanin hub "belok"? ilfeel ga sih kamu ngeliatnya?
"Belok" itu maksudnya lesbian, gay, dan biseksual? Aseksual, panseksual termasuk belok gak? Atau menyerong kanan? Menyerong kiri? Nungging? Transgender gimana? Jungkir balik?Kalau maksud kamu begitu, maka saya kasihan sama kamu. Beberapa orang terdekat saya, orang-orang yang paling saya sayangi, mereka itu pada "belok". Mereka "belok" dari standar moral yang kamu agung-agungkan, yang basisnya hanya kamu-suka-vagina-atau-penis. Mereka "belok" dari ketertutupan pikiran kamu. Mereka "belok" dari jalur utama. Mereka "belok" dari anggapan kamu tentang mereka. Mereka "belok", dan mereka gak merugikan siapa-siapa. Tidak juga merugikan kamu.Mereka "belok", dan mereka selalu ada buat saya, senang ataupun sedih, butuh ataupun tidak. Kasihan kamu, gak punya teman sebaik teman-teman saya yang "belok" ini.
Ada masanya yang
selalu chat duluan
selalu spam pas ngak dibales
selalu sabar pas di delive
selalu posthink kalo ditinggal
selalu diem setiap dapet balesan cuek
selalu bilang sayang duluan
selalu perhatian lebih
selalu tahu nempatin diri pas doi emosi
lelah berjuang sendiri.
Ribet, submisif, ngerepotin diri sendiri, pantesan gak berkembang.
apa yang kamu ketahui tentang ekstrovet dan introvet, apakah salah jika seseorang yang tadi nya memiliki karakter ekstrovet berubah menjadi introvet, karena depresi?
1. Ekstrover dan introver kalau mau pakai Bahasa Indonesia. Atau, extrovert dan introvert kalau mau pakai Bahasa Inggris. 2. Kenapa seolah-olah karakter introver itu kesannya negatif? 3. Apa hubungannya depresi sama menjadi introver?