I always think what if I said yes when that particular guy confess his feeling and want to start relationship with me.Jadi biasalah, kenal di Grindr karena di profilenya dia suka Supernova dan novel-novel favorit gue lainnya. So ya udah chatting segala macem dan nyambung so kita ketemuan. Gue inget banget pertama kali ketemu diajak nonton Tree of Life. Terus berlanjut ke movie date berikutnya nonton The Raid. And few other dates afterwards. So one day dia bilang mau gak jadian, but again, the classic me is back. At that time gue gak mau relationship just because I'm afraid of being hurt and everything. So I said no, dan perlahan mulai menghilang. Dia chat gue balesnya lama, dia ajak ketemu gue males and so on. Its very irrational moves I know. Skip forward, kita kadang2 masih chatting tapi dia udah ngerti kalau gue gak mau hubungan yg lebih lanjut. So we're kinda drifting apart tapi masih suka check satu sama lain either whatsapp langsung atau di sosmed. And finally gue tau dia udah jadian sama orang lain and they look so happy. Tipe pacaran mereka tuh yg ke Festival Film, art gallery atau random trip ke Kebon Raya Bogor (uh I'm stalking their socmed) dan itu sebetulnya yg gue pengen banget. Lately gue gak tau sih dia masih in relationship atau enggak, tapi gue ngamatin perkembangan dia dari dia mulai hobi baking, ikut les, sampai akhirnya jadi punya bisnis baking sendiri sekarang. So I wondering if I said yes back then, mungkin sekarang gue masih in relationship with a kind tall guy with baking expertise and great collection of DVD and books. Its my lost, really.
Vidi Aldiano yang mirip gue, kan gue lahir duluan. Anyway gue baru ganti profile pic item putih biar bisa masuk geng 666 Luciferian udah bisa belom sih guys @rewindaomar@anwitacitriya@jeanbannon@hitamaut??????
Good morning, fellas! Common people might underestimate what you do and find it negligible when it really is not that simple (be it your profession or the major you're taking if you're a student). So, would you explain why it's something worth a bit more appreciation? May you have a nice weekend!
Apa ya.... banyak yang bilang kalau anak media lifestyle tuh gak pantes disebut jurnalis atau wartawan karena kita cuma ngeberitain "hal-hal remeh" yang gak ngebantu hidup orang lain. Kerjanya cuma dari mall ke mall, party, ke konser, pokoknya gak ngerasain perjuangan wartawan berita beneran yang terkadang harus kerja sampe malem atau nginep buat ngejar narasumber.Bukan hal baru buat gue sih, karena sebagai anak Fakultas Budaya (Sastra), kita pasti sering lah ditanya "ngapain lo belajar sastra, baca buku doang? Gak ngebantu orang lain", yaaah well, emang sih jurusan kaya Kedokteran, Teknik, Hukum, Ekonomi tuh kayanya emang nyata kontribusinya untuk masyarakat, kasarnya: udah jelas lah ilmu lo ada manfaatnya buat bangsa dan negara. Dan gue akuin hal itu. Dibanding ilmu yang penerapannya jelas, mungkin anak sastra dan seni dianggap "enggak penting", tapi gue sih berpikir, manusia itu makhluk budaya, yang bedain kita sama binatang atau robot, kita punya "rasa" untuk keindahan dan hal-hal sentimentil lainnya yang memperkaya emosi dan jiwa kita yang bisa kita dapatkan dari buku, musik, dan karya seni. Kita berhak untuk hal itu, bahkan sekalipun misalnya kita berada di zaman atau tempat yang rawan konflik dan perang. Kita butuh budaya dan hal-hal indah yang gak penting itu untuk tetap jadi manusia seutuhnya, bukan sebagai semut pekerja atau robot pembunuh.
Beranak Dalam Kubur. Malam Satu Suro. Titisan Nyi Blorong.Zedih karena cewek harus mati dulu jadi setan baru bisa disegani warga sekitar. #feminism #riotgrrrl
Hi jadi aku di Jogja cuma dua hari, kemarin dan hari ini (ini ngetiknya udah di rumah Jakarta). Seneng banget akhirnya ke Jogja, sejak terakhir ke Jogja itu pas study tour kelas 3 SMP!!Kemarin flight pagi, sampai di Jogja jam 12-an terus langsung lunch ke House of Raminten. Udah termasuk ikonik sih di Jogja katanya, jadi makanannya unik2, kaya menu angkringan gitu terus porsinya banyak tapi harganya muraah banget! Yang unik kalau pesen menu susu, disajikannya di mug yang berbentuk "susu" juga. Terus ownernya dikenal sebagai leading figure bagi kaum LGBT di Jogja yang sering menampung mereka yang gak diterima sama keluarganya, dan emang concern sama hal-hal itu, termasuk sticker hotline perlindungan perempuan yang banyak bertebaran di sekitar meja tamunya. Terus waiternya banyak yang cakep, mas-mas Jawa kece gitu, haha.Abis itu ke hotel, terus pergi ke The Parade di JEC, kaya Jakclothnya Jogja sih intinya, di situ sampe sore, ikutan workshop gambar pake kuas dan tinta cina bareng Sari White Shoes di boothnya Acreate. Pas malemnya dinner di Mediterrania di Jalan Tirtodipuran, terus ngopi2 di Roaster & Bear, salah satu cafe yang lagi hip di Jogja, tempatnya lucu, banyak mural dan pannacotanya enak banget.Hari ini sayangnya gue terbangun dalam kondisi masuk angin dan meriang, jadi bawaannya lemes aja :( breakfast soto ayam Kadipiro, terus liat mural #ShowYourColors di Stadion Kridosono, sama bantaran Kali Code yang rumah-rumahnya lagi dicat warna-warni kaya merah, kuning, biru. Tapi hari ini jalanan Jogja rusuh gitu ada acara PPP, rame banget dan katanya rawan rusuh. Abis itu berburu vinyl di sebuah toko barang bekas di deket jalan Tirtodipuran, terus ke Epic Coffee yang tempatnya lucu banget merangkap furniture warehouse, harganya harga Jakarta sih, tapi tempatnya bagus, dan waiternya cakep (kesimpulannya di Jogja banyak waiter cakep, gimana sih?). Abis itu balik lagi ke The Parade, ikut workshop doodling bareng Kang Motulz, beli sweater di salah satu booth, dan jam 8 malem ke Bandara buat pulang ke Jakarta. Dua hari sih gak cukup banget buat ngeliat Jogja, plus ditambah gue mendadak sakit hari ini jadi gak bisa jalan2 sendirian. Pengen extend tapi besok rapat redaksi :( Ah pokoknya harus balik lagi ke Jogja!!Bonus pap di depan graffiti, nyaru sama tembok soalnya bajunya juga merah, foto2 lainnya dan cerita yang lebih proper bakal ditulis di blog :))
Wah telat banget. Biasanya kan gay dari lahir. Gak tiba-tiba terbangun suatu pagi dan berpikir "I think I wanna fuck guys for the rest of my life" gitu.
Have you read Hujan Bulan Juni? It's also a poem written by Sapardi Djoko Darmono. What do u think of it? We're talking about the poem not the book which he wrote too with the same title :)
"Hujan Bulan Juni"Tak ada yang lebih tabah Dari hujan bulan juni Dirahasiakannya rintik rindunya Kepada pohon berbunga ituTak ada yang lebih bijak Dari hujan bulan juni Dihapusnya jejak-jejak kakinya Yang ragu-ragu di jalan ituTak ada yang lebih arif Dari hujan bulan juni Dibiarkannya yang tak terucapkan Diserap akar pohon bunga itu Once again Professor Sapardi talking about unspoken emotion and unrequited love. Puisi romantis tanpa satu kata "cinta" sekalipun.
kalo kita di delcont sm org yg kita suka, dia tau udh lama kita suka sama dia, tp lewat temen kita taunya. kita invite dia dan gaberani chat/nyapa duluan. dia jg ga nyoba chat. tp seminggu temenan di bbm, tanpa alasan dia delcont kita. artinya knp? :(
Risih kali liat lo gonta-ganti avatar sama pake autotext.
"Any man can be a father. It takes someone special to be a Dad." A. Geddes. What made your father, your Dad? Would you like to share your most precious moment with your Dad? You may describe, impersonate, and/or pap of him. Selamat Hari Ayah (Indonesia). "Semoga Bapak Bijak, Ayah Sehat, Papah Jaya".
Believe it or not, bokap gue ada di salah satu foto di bawah ini.Yup, he was a rocker. Covering Helloween before making his own hair metal, power-ballad kinda stuff. My parents are divorced since I'm too small to remember, maybe around two or three year old. Me and dad share the same birthday (October 10th), and I remember when I was small, he take me to recording studio, and buying me a harmonica. I never really know him in deep. I mean, I acknowledge him as my dad but he's not really a father figure for me, its just...I don't know... I already accustomed with the fact I don't grow up with him. I don't hate him tho, never. We just have a very civil, matter of fact kind of relationship. I never feel too attached with him, we don't talk in regular basis, but sometimes he calls or even come to my house when he's in Jakarta (he lives in Sukabumi). On his latest visit, he came to Jakarta by riding bicycle from Sukabumi with his fellow bicyclist. He's so into bicycling nowadays.Another thing about him, he is a muallaf after marrying my mom. But he's so devoted after his metal heyday and never forget to remind me to take prayers until this very day, whenever we met or talk. Writing about him makes me kinda miss him.
Pagi!JFW tahun ini gue cuma dateng Monday To Sunday, Yosafat, Kitty Joseph, show anak-anak fashion (Lasalle, Binus, Raffles), Major Minor, Barli Asmara, Imelda Kartini, Cleo Fashion Awards, & Dewi Fashion Knights.Sekarang gue kalau liat show pasti mikirnya "Hmmm mana ya yang cocok bisa masuk Nylon?" dan yang memorable buat gue sih koleksinya Argyle & Oxford yang menang CLEO Fashion Award because its so cheeky and full of quirks. I always love their design, and the duo designers behind the label (Velda & Rebecca) are like the cool geeks of Indonesia fashion scene nowadays, thus I love them. Oh I also love Sapto's collection the most from Dewi Fashion Knight.PAP: Velda Anabela & Rebecca Billina from Argyle & Oxford. Photo by Kay Mori.
So, tomorrow is my boyfriend's birthday. Have you ever received any birthday gift that was a major turn-off? And what was it? Have a good day, all! ₍˄·͈༝·͈˄₍˄·͈༝·͈˄( ͒ ु•·̫• ू ͒)˄·͈༝·͈˄₎˄·͈༝·͈˄₎
Maybe, I don't know.I'm attracted with physical looks all the time, but brain and behavior are the things that makes me want to stay. With or without breakfast.