Jadi social climber itu baik ga ka? Dlm level tahu diri?
Sadar atau gak sadar, gue yakin semua orang pernah jadi social climber kok. I mean, siapa sih yang gak mau "dipandang" dalam pergaulan, ya kan? Gue pun gitu, I'm not gonna lie. Terkadang gue masih suka kalau misalnya temen gue kenal seseorang yg menarik, gue masih suka "Eh kenalin dong", terutama kalau konteksnya buat kerja ya. Kaya misalnya gue pengen interview orang itu, mungkin gue akan nanya2 dan minta dikenalin via mutual friends gitu. Tapi menurut gue pribadi sih, gue gak pernah yg pengen kenalan sama orang, terus ngintilin biar dianggap temen terus dianggap keren juga. Biasanya ya murni buat kerjaan aja, di luar itu ya gue maennya emang sama temen2 gue aja. Jadi misalnya gue abis interview artis siapa, kalau ketemu lagi di sebuah acara ya gue cukup say hi dan basa-basi aja, gak langsung yang eh "add Path/Instagram aku dong".Intinya.... semua orang pernah climbing, karena gak semua orang langsung bisa di atas, most of us pasti merangkak dari bawah. Yang jadi masalah adalah kalo tujuan climbing lo itu "jahat" dan obvious banget keliatannya.
Waktu jaman sekolah dulu, gimana cara seorang Alex untuk bertahan di society tanpa merubah jati diri dan tanpa terlihat 'trying hard'? i've sent this yesterday but since i really need your answer, here i am sending you the same question again
Hi A, hmm... I don't think I even ever trying to fit in at all :)Waktu sekolah gue sama sekali gak ngerasain yang namanya peer pressure atau keinginan untuk jadi populer, because high school popularity is not relevant at all. Dan gue menjalani sekolah seperti biasa aja, ya buat main dan belajar. Gue gak berusaha main sama geng populer karena gue gak menemukan banyak kesamaan minat di antara kita, gue lebih pilih main sama anak-anak culun penggemar anime dan game, dan gue gak berpartisipasi dalam ajang organisasi kaya OSIS dan gak berusaha menonjolkan diri.Gue anak yang biasa aja baik secara nilai atau pergaulan but somehow, everyone seems notice me. Kaya gue bukan anak yang aktif bergaul atau merasa gaul, but everybody at schools know me, I dunno why. Walaupun gak kenal nama, tapi presence gue kaya mencuat sendiri gitu gak tau kenapa. So basically, I'm just doing my own thing on my own plane of existence, and along the way ketemu temen2 yang bisa ngertiin gue dan berteman sama gue tanpa ada maksud lebih apapun.Tapi gue merasa, mungkin gue beruntung karena gue melewati masa sekolah tanpa social media (except Friendster and MySpace). Gue merasa peer pressure saat ini makin parah karena lo bisa tau semua kegiatan temen2 lo di Path, IG, Twitter etc dan pasti ada banyak perasaan sirik dan gak mau kalah ngeliat temen yg kehidupan sosialnya seru. Kalau dulu di sekolah paling kegiatan gaulnya ketauan cuma dari obrolan dari mulut ke mulut kaya "eh masa kemaren dia dugem (I know, its super old) di sini lho" atau "eh mobilnya baru", dan lo bisa cuek aja. Kalau sekarang, ibaratnya gak mau tau pun tapi semua terpampang di social media dengan begitu gamblang.In a nutshell, be true to yourself. Jangan melakukan sesuatu yang melawan hati nurani lo hanya biar bisa diterima peer group yang bahkan gak tulus menerima lo apa adanya. Friendship is not a war, kalau cuma dari lo yang harus berkorban untuk dianggap teman, is it worthed? It should be mutual, without any pretense other than you think its fun to hang out with.And about the peer pressure things? This pic summed it up:
It was nice, tadi nonton Pendekar Tongkat Emas. Sukaaaa...... udah lama gak nonton film silat yang kaya Crouching Tiger Hidden Dragon gitu. Pemainnya keren-keren semua, Eva Celia, Tara Basro, Reza Rahadian, Nicholas Saputra, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, etc. Settingnya juga keren, kaya bikin mikir "Hah gila di Indonesia masih ada tempat sekeren ini" yang potensial buat jadi latar cerita-cerita epik lainnya. Bayangin Indonesia punya banyak banget legenda, hikayat, dan lain-lain tapi jarang banget kan film yang berdasarkan cerita kepahlawanan itu. Mungkin ini bisa jadi awal untuk kebangkitan film-film epik dan sejarah Indonesia.Suka sekali sinematografisnya, settingnya, akting, musical score, wardrobe, visual, dan koreografi fightingnya juga bagus banget kaya nonton film-filmnya Zhang Yimou. I don't find any blunder or complain untuk film ini sih,https://www.youtube.com/watch?v=f81HJASsf7E
Kak, klo sastra itu bisa dapet kerja apaan sih, kakak kerja apa memang? Aku rencana sma mau ambil bahasa aja dan waktu aku kasi tau temenku ada yg bilang "ih ngapain bahasa? Bahasa kan cm untuk anak2 yang nilainya rendah2 dan kerjanya dikit" masa iya kak? Padahal aku pengen
Hi Francesco, kasian ih temen kamu kurang update banget jadi anak muda, pikirannya masih kaya orangtua jaman orde baru.Sastra itu sebetulnya luas banget prospek kerjanya. Kalau yang sesuai jalur sih jadi penerjemah, penulis, pengajar, kerja di Kementrian Luar Negeri, kerja di perusahaan asing (bisa apa aja, dari mulai sekretaris, manajer, admin, etc), dan banyak juga yang akhirnya kerja di media. Kaya gue. Saat ini gue bekerja sebagai editor di majalah Nylon Indonesia. Temen gue juga banyak yang kerja jadi reporter TV, penyiar radio, di koran, copywriter di advertising agency atau stasiun TV, dll. Kalau dibandingin jurusan Teknik, Kedokteran, Ekonomi misalnya, mungkin prospek lulusan sastra gak akan sementereng gaji dan posisi mereka. Kebanyakan anak sastra adalah mereka yang memilih mengejar passion. Mereka yang banyak belajar dari hidup di lapangan, bukan di balik meja kerja. Misal, gue sadar kok kerja di majalah tuh gajinya gak seberapa dibanding temen gue yang jadi akuntan, tapi ini memang pilihan karier yang gue idamkan. Bagi gue, uang itu penting, tapi aktulisasi diri masih lebin penting. Lulusan sastra adalah mereka yang kaya akan pengalaman hidup. Dari pas kuliah, banyak banget program beasiswa yang bisa membuat anak sastra kuliah di luar negeri kalau emang mau berusaha dan berbakat. Walau gaji gue gak segede temen gue di fakultas lain, gue dapet banyak banget pengalaman kaya gue dikirim liputan ke pulau, ke luar negeri, dan asiknya gue emang melakukan hal yang gue suka, jadi kaya gak kerja, tapi menyalurkan hobi aja. Beda sama temen gue kerja di bank, gajinya gede tapi kaya gak punya kehidupan dan rutinitasnya gitu2 aja. Tapi banyak juga kok lulusan sastra yang sukses secara materi, karena balik lagi, semua tergantung pribadi masing-masing, bukan latar belakang akademisnya. Sekarang lebih baik kamu ubah pola pikir kamu, kuliah itu bukan buat nyari kerja.... kuliah itu buat cari ilmu yang bakal jadi bekal kamu nantinya. Sekarang kamu pikir, ilmu apa yang ingin kamu pelajarin. Karena gelar akademis, nama perguruan tinggi, nilai IP itu cuma status, yang paling penting adalah apa yang berhasil kamu pelajari saat kamu kuliah, pengalaman apa yang kamu dapat, teman-teman seperti apa yang kamu miliki.:)
kak, kalau disuruh pilih k-stew sama fka twigs pilih yang mana? (edisi jadi rob patz wkwk)
Have you ever watch Kristen Stewart's sex scene? She looks as stiff as a board.Meanwhile, twigs is a dancer with flexible hips and everything, Rpatz is such a lucky bastard who have the best sex in life thanks to twigs.And anyway, Rpatz never looks too happy with KStew.
alex!!! kok bacaan kita sama ya mulai hipster sampe shrooms :p gue juga suka banget McKenna bahkan gue download pdf buku2 dia. gue pernah waktu itu di tepi pantai Sadewa, Bali, malem2 sambil liat bintang, sampe gue ngerasa yakin banget kalo di dunia ini ada tuhan, dan tuhan itu baik.
Great minds think alike, (ciee gitu)Hahaaha, bener Sarah, I never feel so religious before I take trip.Gue merasa bersyukur sama alam semesta ini. Dan gue yakin alam ini ya memang ada penciptanya, dan sayangnya semua orang ribut karena mereka merasa Tuhannya yang paling bener. Gue jadi inget waktu kuliah gue baca cerita klasik Cina tentang beberapa orang buta yang gak pernah tau apa itu gajah diminta ngejelasin apakah gajah itu?Oran buta yang satu megang belalai gajah, dan berpikir oh gajah itu sejenis ular! orang buta yang lain megang kaki gajah dan berpikir oh gajah itu pilar yang kokoh orang buta yang megang kuping gajah berpikir gajah itu kipas raksasa and so on.Masing-masing yakin sama pemikiran mereka sendiri dan gak mau kalah, sekarang tinggal apakah mereka tetep yakin sama kepercayaan sendiri dan gak mau dengerin kata orang buta lainnya, atau mereka stop bertengkar dan mulai mengolaborasikan pemahaman gajah menurut mereka amsing-masing sampai akhirnya mereka tau bentuk gajah yang mendekati, walau sebagai orang buta mereka gak akan pernah tau seperti apa gajah sebenernya.Ada cerita lain yang bilang, ada orang yang bisa melihat, dia tau gakah itu bentuknya kaya apa. Tapi gimana kalau orang ini ternyata tuli? Dia gak bisa denger suara gajah kaya apa, dan tetep uncomplete.Gue udah di tahap gue percaya Tuhan itu ada dan Tuhan itu maha baik, Tuhan bukan maha pendendam dan penghukum seperti yang beberapa orang bilang. Gue berdoa kepada Tuhan dengan cara gue sendiri dan gue menghormati siapapun Tuhan lo dan gimana cara lo berkomunikasi dengan-Nya.PEACE OUT and not gonna answering dakwah.fm