Alkupra

Its easy untuk orang luar Korea untuk ngatain dan stereotyping kalau semua orang Korea udah operasi plastik karena faktanya emang di Korea operasi plastik sudah seumum praktek operasi sunat kalo di sini (haha).

---

Tapi kita ngejudge dari pandangan orang luar yang gak tinggal di Korea. Coba deh kita pikir dari sudut pandang Korea, emang sih kita bisa liat kalau standar kecantikan mereka sebenernya gak sehat banget (muka harus sesempurna mungkin seperti boneka). Tapi bayangin peer pressure dan social pressure yang dihadapi cewek2 Korea. Mereka setiap hari dihadapkan oleh idol2 berwajah sempurna sebagai role model dan entah bagaimana masyrakat Korea berkembang menjadi masyarakat yang terobsesi dengan kecantikan. Konon katanya (karena saya belom pernah ke Korea) nyari toko kosmetik di Korea segampang nyari alfamart di sini. di setiap pengkolan ada. Dan praktik dokter kulit seumum dokter gigi. Karena role model dan lingkungan yang seakan menganggap kecantikan adalah segalanya, remaja Korea pun merasa operasi plastik adalah kebutuhan. Yang paling umum ya double eyelid surgery yang bisa bikin mata khas Asia mereka terlihat lebih besar. Dan lagi, social pressure di Korea gak bisa dibandingin sama di Indonesia karena bullying di Korea levelnya udah parah banget. Kamu bisa dibully sama temen sekelas cuma karena kamu dianggap jelek. Dan tentu gak ada yang mau dikucilkan atau dicap sebagai orang jelek, karena itu mau gak mau banyak yang memilih untuk operasi plastik. Itu di lingkungan masyarakat biasa, bayangin kalau kamu mau nembus dunia entertainmentnya.

---

Kalau aku sih ngeliatnya mayoritas artis korea memang pernah operasi plastik, tapi banyak juga yang sebenarnya sudah cantik alami. Biasanya sih keliatan kalau kita liat foto pre debutnya. Banyak yang berubahnya menyolok banget. Kalau Seohyun misalnya, dari kecil sampai sekarang mukanya gak berubah, natural.

---

Tentang operasi plastik sendiri, itu menurut gue pilihan masing-masing orang lah. Kita juga gak bisa ngejudge seenaknya karena kita gak pernah tau apa yang mereka rasain :)

View more

Gue setuju sih sama answernya Palka. Menurut gue banyak anak hipster jaman sekarang yang bangga ngaku-ngaku dirinya agnostik lah atau ateis cuma biar bisa "beda aja" dari mayoritas orang atau ikut-ikutan aja padahal belom ngerti maksunya agnostik sendiri apa. Agnostik sering diartikan dengan mempercayai suatu agama tapi tidak menjalankan. Padahal agnostik sendiri pengertiannya cukup luas, bisa kamu baca di http://id.wikipedia.org/wiki/Agnostisisme

---

Di situ juga dijelasin kalau agnostik juga ada tingkatannya:

---

Agnostik ateisme
Pandangan mereka yang tidak percaya pada keberadaan dewa/Tuhan apapun, tetapi tidak mengklaim tahu apakah dewa itu ada atau tidak ada.

---

Agnostik teisme
Pandangan mereka yang tidak mengaku tahu konsep keberadaan dewa/Tuhan apapun, tapi masih percaya pada keberadaan tersebut.

---

Apatis atau agnostisisme pragmatis
Pandangan bahwa tidak ada bukti baik ada atau tidaknya dewa/Tuhan apapun, tapi karena setiap dewa yang mungkin saja ada itu dapat bersikap tidak peduli kepada alam semesta atau kesejahteraan penghuninya, pertanyaan ini lebih bersifat akademik.

---

Agnostisisme kuat (juga disebut "keras", "tertutup", "ketat", atau "agnostisisme permanen")
Pandangan bahwa pertanyaan tentang ada atau tidak adanya dewa/Tuhan, dan sifat realitas tidak dapat diketahui dengan alasan ketidakmampuan alamiah kita untuk memverifikasi pengalaman dengan apapun selain pengalaman subyektif lain. Seorang penganut agnostik kuat akan mengatakan, "Saya tidak bisa tahu apakah dewa itu ada atau tidak, begitu juga kamu."

---

Agnostisisme lemah (juga disebut "lunak", "terbuka", "empiris", atau "agnostisisme duniawi")
Pandangan bahwa ada atau tidaknya setiap dewa saat ini tidak diketahui, tetapi belum tentu untuk kemudian hari, sehingga orang akan menahan penilaian sampai muncul bukti yang menurutnya bisa menjadi alasan untuk percaya. Seorang penganut agnostik lemah akan berkata, "Saya tidak tahu apakah ada dewa ada atau tidak, tapi mungkin suatu hari, jika ada bukti, kita dapat menemukan sesuatu."

---

Nah sekarang kamu termasuk agnostik yang mana? Karena sorry to say, banyak yang ngaku agnostik tapi mereka gak tau agnostik itu sendiri sebenernya apa. Apakah itu bener-bener pilihan lo untuk melabeli diri lo sendiri atau lo sebenernya cuma males ngelakuin perintah agama lo dan mempelajari agama yang lo anut? Kalo yang kedua, mending lo jadi ateis sekalian.

---

I mean, balik lagi itu pilihan personal setiap orang. Gue sama sekali gak masalah mau agama lo apa atau lo agnostik kek atau ateis kek, but keep it for yourself deh. Gak usah diumbar-umbar karena bagi gue orang yang "teriak2" dirinya agnostik/ateis itu sama ngeselinnya kaya orang beragama yang berkoar-koar tentang agamanya.

View more

Ummi, kamu yakin mau minta maaf dengan serius?

---

Saya gak tau bagaimana lingkungan di rumah kamu atau di sekolah. Apakah memang udah terbiasa memakai "lo-gue" untuk menyapa orang? How old are you again? Cuma mau kasih tau aja ya, umur saya sendiri 28 tahun dan ketika saya seusia kamu, saya tidak seenaknya menyapa orang yang tidak saya kenal dengan "lo-gue".

---

So, next time kalau kamu mau tiba-tiba datang ke profile orang lain untuk bilang "banci" atau "bego" dan semacamnya, just remember, apakah itu ajaran orangtua, sekolah, dan agama kamu?

---

Justru karena kamu masih kecil, kamu harus diajarin soal ini, biar gak keterusan sampai dewasa nanti. Saya juga minta maaf kalau saya pap foto kamu tanpa seizin kamu dan balas menghina kamu.

---

Sekarang, selamat sahur dan menjalankan ibadah Puasa. Ingat, ibadah itu asalnya dari hati dan niat. Bukan karena takut dijudge orang lain.

View more

Banyak yang mengira kalau kuliah sastra itu cuma belajar bahasa ("Ah ngapain gue kuliah buat belajar bahasa? Mending gue les aja"), sebetulnya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya itu kita akan belajar tentang sebuah bangsa/negara. Misalnya saya yang memilih Sastra Cina, waktu kuliah saya mempelajari kebudayaan, kesusasteraan, sejarah, filsafat, sosiologi masyarakat Cina. Dan bagaimana cara mempelajari sebuah bangsa/negara dengan total? Well, dengan mempelajari bahasanya. Bahasa menjadi senjata utama kita, karena dengan mempelajari bahasanya, kita enggak cuma bisa belajar dari sumber-sumber asli yang berbahasa Cina (karena kalau belajar dari buku yang sudah diterjemahkan, pasti akan ada perbedaan atau penyesuaian kebudayaan) tapi juga dalam bahasa itu tersimpan kepribadian sebuah bangsa. Its really a big part of the culture, terutama bahasa Cina yang menggunakan aksara Hanzi, dalam setiap karakternya, tersimpan makna dan cerita.

---

Jadi iya, kita akan belajar bahasanya dari awal. Dari sangat basic, jad gak perlu takut kalau kamu gak pernah belajar Mandarin sebelumnya. Selain mata kuliah kemampuan bahasa paling pokok seperti Membaca, Mendengar, Menulis, Berbicara, kita juga akan mendalami bahasa secara teknik dan teoritis. Mulai dari Pengantar Linguistik Umum, Morfologi, Sintaksis, Penerjemahan, dan teori pengajaran bahasa untuk penutur asing.

---

So yeah, its not as simple as learning new language and be able to swiftly talk with it, you need to learn every component of it.

View more

Artemis, Goddess of the Hunt, Forests and Hills, the Moon, Archery.

---

Artemis was daughter of Zeus and Leto and twin sister of Apollo. According to one source, Artemis was born a day before Apollo. She then served as a guardian to him, which provided a context for her desire to protect and nurture. She was primarily a virgin huntress, goddess of wildlife and patroness of hunters. She guarded her virginity carefully. Actaeon and Orion tried to dishonor or rape her, but anyone who threatened her purity met with a violent end. She was an important goddess in the lives of women, especially when it came to marriage and young creatures. She was sometimes associated with the goddess of the moon. Artemis acted out in anger whenever her wishes were disobeyed, especially if anyone transgressed against the animals that were sacred to her. Artemis appealed to Zeus to grant her eternal virginity.

View more