http://sinarharapan.co/news/read/150827060/mui-tolak-terminologi-perkosaan-dalam-hubungan-suami-istri2 please tanggapannya? wajar gak kalo saya sebagai wanita jadi merasa takut untuk menikah krn sayang berpikir istri akan seperti mnjd 'pelayan' bagi suaminya walaupun dikeadaan tertekan?
Makanya kalau cari suami kenalin dulu wataknya. Kalau baru pacaran diliatin yang manis-manisnya doang. Terus kaya konsep dijodohin atau ta'aruf, ibaratnya kita kalau mau beli barang aja ribet banget dicek segala sesuatunya masa buat cari orang yang bakal hidup sama kita kaya beli kucing dalam karung gitu? Kalau dia ternyata abusif gimana? Mau minta cerai juga balik lagi alasannya ke agama.
Punya otak dipakai dong. Kalau pada nantinya udah ngerasa gak nyaman sama suami/istri sendiri, ya pisah aja, bye, to the left. Untuk cewek, jangan cuma bisanya nunggu jatah bulanan dari suami dan akhirnya jadi bergantung hidup matinya, harus punya skill dan kemampuan cari duit juga. Sense of independent itu gak boleh hilang bahkan kalau udah married sekalipun. Tapi bukan berarti gue menyarankan kalau ada masalah sedikit langsung cerai atau gimana, apalagi kalau udah punya anak. Kasian juga anaknya. Toh yang namanya nikah kan gak untuk pada saat senang doang. Kalau ada masalah ya coba diomongin dulu. Kecuali kalau pasangan emang udah abusif secara fisik dan psikologis, you need help and guts to leave.
Untuk kenalin watak orang juga bisa diliat dari sehari-harinya sih, kaya gimana cara dia memperlakukan orang lain, terutama kepada pramusaji, satpam, supir, pembantu, dan orang-orang yang mungkin secara status sosial ekonomi lebih rendah dari kita. Liat dia tau gak sih susahnya cari duit dan memanage keuangannya dan punya rasa empati gak, atau kasarnya, "lo pernah susah gak sih?".
Punya otak dipakai dong. Kalau pada nantinya udah ngerasa gak nyaman sama suami/istri sendiri, ya pisah aja, bye, to the left. Untuk cewek, jangan cuma bisanya nunggu jatah bulanan dari suami dan akhirnya jadi bergantung hidup matinya, harus punya skill dan kemampuan cari duit juga. Sense of independent itu gak boleh hilang bahkan kalau udah married sekalipun. Tapi bukan berarti gue menyarankan kalau ada masalah sedikit langsung cerai atau gimana, apalagi kalau udah punya anak. Kasian juga anaknya. Toh yang namanya nikah kan gak untuk pada saat senang doang. Kalau ada masalah ya coba diomongin dulu. Kecuali kalau pasangan emang udah abusif secara fisik dan psikologis, you need help and guts to leave.
Untuk kenalin watak orang juga bisa diliat dari sehari-harinya sih, kaya gimana cara dia memperlakukan orang lain, terutama kepada pramusaji, satpam, supir, pembantu, dan orang-orang yang mungkin secara status sosial ekonomi lebih rendah dari kita. Liat dia tau gak sih susahnya cari duit dan memanage keuangannya dan punya rasa empati gak, atau kasarnya, "lo pernah susah gak sih?".